RSS
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Minggu, 29 Mei 2011

Ocepa Kingdom Eps 28

Dua puluh delapan

Elvius tertawa senang dan penuh kebanggaan ketika mendengar kabar kalau kelompok anti-pemerintah berhasil ditangkap oleh Erold. Sebagai Jendral baru, tentu saja kejadian ini memberikan nilai tambah yang luar biasa untuknya. Secepatnya dia keluar dari singgasananya dan keluar, mendapati Raja Joseph dan ketiga putranya beserta dengan Jendral Rodius. Masing-masing dari mereka terikat dengan tangan di belakang.

Wajah puasnya membuat Jendral Rodius muak.

“Jadi, seperti inilah akhir dari keluarga Denmian! Haha, sudah kubilang bukan, Mantan Sahabat, suatu hari, kalian akan berakhir seperti ini, di tanganku!” Elvius tertawa keras-keras. Dia melirik Erold yang berdiri disamping para tahanan. “Aku juga harus berterima kasih padamu, Jendral. Kau sangat luar biasa. Luar biasa!”

“Anda terlalu menyanjung, Yang Mulia. Tapi memang pada kenyataannya seperti itu,” Erold membungkuk rendah-rendah. Pura-pura tidak melihat ekspresi menjijikan dari Willy.

“Ah, Putra Mahkota Charlie,” Elvius mendatangi Charlie. “Kau masih mengingatku bukan? Dulu aku sering sekali menggendongmu di punggungku. Sebenarnya aku sangat menyanyangimu. Kau sangat cerdas dan berpendidikan. Hah… andai saja kau menjadi Putraku, tentunya kau tidak akan mengalami hal seperti ini.”

Charlie tidak menunjukan ekspresi yang berarti.

Elvius tersenyum dan menyapu debu di pakaian lusuh Charlie. “Ckckck… sangat tidak pantas sekali melihat Pangeran sepertimu dilakukan seperti ini. Aku tentunya tidak keberatan memberikan tahta itu padamu lagi, asalkan kau mau mengabdi padaku.”

Charlie diam beberapa saat, lalu dia tersenyum dan mengatakan, “Tidak, terima kasih. Aku tidak akan mengkhianti keluargaku. Lebih baik aku mati terhormat daripada hidup dan menjadi budakmu.”

Elvius menampar Charlie. Mukanya mengeras seketika. “Kau memang tidak pernah menghormatiku sebagai Raja atas negeri ini. Kau harus tahu derajatmu.”

Charlie masih tersenyum, “Kau belum diangkat menjadi Raja, asal kau tahu saja. Aku khawatir, jangan-jangan akan ada rakyat yang bangkit untuk melawanmu.”

Erold menyeruak ke tengah-tengah ketika Elvius hendak memukul Charlie lagi. “Maaf, Yang Mulia, bukannya aku bermaksud tidak sopan. Namun lebih baik Anda tidak mengotori tangan Anda dengan menyentuh mereka. Biarkan saja mereka aku yang tangani.”

“Tidak, Erold. Aku ingin mereka mati dihadapanku hari ini juga.”

Erold menggeleng. “Yang Mulia, sebaiknya Anda tidak melakukan hal apapun yang bisa merusak pesta. Anda tahu kalau dua hari lagi Anda akan diangkat menjadi Raja, jika kita membunuh mereka saat ini, maka akan ada kabar keluar.”

“Jika istana tidak ribut maka—”

“Itu tidak mungkin, Yang Mulia. Kita menyeret mereka di depan rakyat ke istana. Bagaimana mungkin rakyat akan diam saja dan jika para petinggi Negara lain mendengar kalau Anda membunuh pewaris sah sebelum Anda naik tahta, maka mereka bisa saja bangkit melawan kita.”

Elvius melirik Raja Joseph, menimbang-nimbang. Perkataan Erold ada benarnya juga. Dia tak boleh merusak suasana pesta hanya karena masalah sepele.

“Baiklah, Erold. Kita akan menangani mereka setelah hari pelantikanku. Aku akan memberikan perintah pertamaku pada kalian. Berterima kasihlah sedikit karena kalian mendapat kehormatan itu.” Dia memberikan tatapan mencela pada Raja Joseph.

“Bawa mereka ke ruang bawah tanah,” Erold memerintah dan memberikan gerakan dengan telunjuk.

“Kudengar kau punya kesatria baru. Siapa? Apakah dia cukup kuat?” Elvius melirik Jendral Rodius yang dipaksa untuk dibawa pergi.

“Ah, itu dia, Yang Mulia. Dia sangat tampan. Duan!”

Raja Joseph, Jendral Rodius, Louis, Willy dan Charlie membulatkan mata. Mata mereka hampir saja keluar saat melihat Duan—yang berpakaian lengkap ala bangsawan—melewati mereka tanpa melihat mereka, seakan-akan dia tidak mengenali salah satu dari mereka.

Elvius menggosok dagunya. Dia menilai Duan dan tatapannya menunjukkan ketertarikan luar biasa pada Duan. “Wajah tampan, tubuh kecil, kulit seputih susu, rambut hitam dan mata biru safir…” katanya. “Dari mana kau dapat dia? Sepertinya dia bukan dari Ocepa yang mayoritas memiliki warna rambut kecoklatan dan mata hijau zamrud.”

“Dia dari Axantos, Yang Mulia.”

Elvius menjentikan jari. “Ah, ya, ya! Pantas saja dia sedikit berbeda. Dia agak mirip Glenn dalam berpakaian, mungkin karena dari Axantos. Lalu, berapa umurmu, Duan?”

“Tujuh belas tahun, Yang Mulia.”

Elvius bersiul takjub. “Muda dan berbakat. Jangan-jangan dia juga cerdas?”

“Dia menguasai literatur dan pengobatan, kemampuannya berpedang tidak diragukan lagi. Hanya saja dia sedikit keras kepala.”

“Aku suka itu.”

Elvius memperhatikan wajah Duan lebih teliti. “Jika diperhatikan lebih seksama, kupikir kau lebih bagus menggunakan gaun.”

“Anda menghinaku, Yang Mulia?” Duan menggertakan giginya.

Elvius mengerjap, lalu tertawa. “Aku benar-benar menyukaimu. Baiklah, Erold, aku ambil dia sebagai Kesatriaku. Aku juga butuh Kesatria yang bisa melawanku dan kupikir, anak ini cocok.”

Erold membungkuk rendah. “Silakan Yang Mulia. Dia milikmu seutuhnya.”

Duan memaki dalam hati. Kalau saja bukan karena Glenn, dia tak akan mau melakukan hal seperti ini. Glenn sendiri tertangkap di ruangan kecil dengan tangan dan kaki di rantai, tidak berbuat apapun.

“Kenapa kau bisa tertangkap?” Duan hampir saja menjerit ketika melihat Glenn yang diam saja.

“Ini keputusanku,” jawabnya kalem.

“Bagaimana dengan yang lain?”

“Duan, lakukan saja apa yang dikatakan Erold,” kata Glenn.

“Tentu saja! Memangnya aku punya pilihan lain?”

Brengsek! Dia jadi terjebak dalam kejadian ini! Dan sekarang bukan hanya Glenn yang tertangkap tapi juga yang lainnya. Dia terkejut, namun dia tidak bisa berbuat apa-apa selain menunjukan ekspresi kalau dia tidak mengenal salah satu dari mereka. Itu akan lebih baik daripada membiarkan Glenn dibunuh.

Tidak, ada suara lain yang membantahnya. Seharusnya dia tidak peduli apa yang terjadi pada Negara ini. Seharusnya dia sekarang sudah ada di Axantos, melaporkan pada Raja kalau tugasnya sudah selesai, bukannya direpotkan sama urusan tidak penting yang justru membawanya kedalam masalah sulit.

“Ayo, Duan, aku harus memperkenalkanmu pada prajuritku yang lain agar mereka tidak terkejut melihat kau disampingku.”

Duan membungkuk rendah dan mengikuti Elvius yang berjalan terlebih dahulu.

***

Steave memaki, memegangi jeruji penjara dia menatap Christian yang diam saja bersama dengan Aries. Tidak ada dari mereka yang menunjukan tanda-tanda perlawanan, marah, ataupun kecewa.

“Ketua, apa kita akan dibiarkan seperti ini terus?” Steave menghampiri Aries dengan wajah tak sabar. “Aku tak suka ditempat ini. Kau tahu sendiri kan kalau aku baru saja keluar dari sini.”

“Bersabarlah sedikit, aku yakin Elvius tak akan melaukan apapun sampai dia selesai diangkat menjadi raja.”

“Apa yang akan dilakukan Elvius pada yang lain ya?” Christian tiba-tiba bicara, tak lama kemudian dia menghela napas.

Steave mengerutkan dahi. “Aku bingung, Christian, kenapa kau tidak ikut dengan mereka? Bukankah kau adalah salah satu dari mereka?”

“Christian sudah lama tidak muncul di publik dan tak ada satupun dari rakyat yang mengingatnya,” Jesse menjawab dari jeruji seberang. “Aku saja tidak tahu kalau dia adalah itu sampai Willy sendiri yang cerita.”

“Membicarakan masalah itu disini akan membahayakan nyawanya, jadi lebih baik kalian tidak melanjutkannya,” Eldin menegur mereka dari sisi yang lain. Dia mengerutkan dahi saat melihat ada bayangan yang mendekat.

“Aku mau masuk sendiri, kalian menunggu di luar saja.”

Itu suara Jeremy. Dalam sekejap mereka merasakann harapan. Pintu kayu itu terbuka dan Jeremy masuk, membelakangi cahaya matahari dan dua orang prajurit yang berjaga di depan. Kelompok anti-pemerintah bersikap seolah-olah tidak mengenal Jeremy, dan memberikan tatapan berbahaya yang membuat beberapa prajurit bergidik.

“Tapi, Tuan Menteri—”

“Mereka ada di dalam penjara, apa yang harus kutakutkan?”

Jeremy bersikap sangat angkuh dan penampilannya mempertegas imagenya yang tidak biasa. Ini pertama kalinya dia memperlihatkan sikap seperti itu, biasanya dia bersikap seperti anak keras kepala yang selalu membuntuti Glenn. Jeremy melangkah masuk dan menutup pintu, suara kunci yang bergerincing membuktikan kalau pintu sudah tertutup. Kegelapan dan keheningan menjadi satu, Jeremy menunggu beberapa detik sampai kemudian dia merasa aman untuk berbicara.

“Kenapa kalian bisa tertangkap?” Jeremy melewati lorong penjara dan menghapiri ruangan Aries, Steave, Christian dan tiga orang yang lain. Wajahnya yang tampan kelihatan cemas. “Apa kalian semua baik-baik saja? Tidak ada yang terluka kan?”

“Kenapa kau datang kesini?” Aries melipat tangan. “Jika Elvius tahu kau masuk keisini, maka kau bisa habis.”

Jeremy membasahi bibirnya. Ada kecemasan yang terpancar jelas di wajahnya.

“Apa ada masalah?” Steave mengerutkan dahi.

“Dimana Glenn?” Jeremy mencari kesekeliling. “Aku tidak melihat dia.”

“Dia menghilang entah kemana semalam setelah prajurit istana pura-pura itu hendak bergabung dengan kami. Sebenarnya apa yang terjadi? Kami bingung sekali saat Glenn yakin kalau mereka ada dipihak kita sedangkan pada akhirnya mereka justru memihak pemerintah.”

Jeremy menggigit bibirnya. “Kupikir kalian bersama dia. Aku mencemaskannya setengah mati. Apa Stacy ikut bersama kalian? Maksudku, apa dia sering disisi Glenn? Stacy sering memasakan sesuatu pada Glenn atau—”

“Ada apa denganmu?” Alfred memotong dengan nada tak sabar. “Kenapa kau lebih mencemaskan Glenn daripada kami yang terpenjara disini?”

“Ada penghianat di kelompok kita,” gumam Jeremy.

“Aku juga tahu itu, kalau tidak mana mungkin kita semua bisa ada di penjara busuk-gelap-jelek begini!” tukas Alfred jengkel dan Peter menyikutnya.

“Maafkan aku, seharusnya aku memberitahu kalian kalau misi ini pasti akan gagal, tapi aku tak bisa berbuat apa-apa,” kata Jeremy lagi. “Aku akan berusaha untuk mengeluarkan kalian dari sini—”

“Tunggu sebentar,” Christian bangkit dan mencengkram kerah baju Jeremy. “Apa kau mengetahui sesuatu tentang misi gagal ini? Jangan-jangan, kau yang memerintahkan agar kami semua ditangkap!”

Jeremy menyingkirkan tangan Christian. “Memang aku yang meminta para prajurit itu untuk datang ke markas tapi bukan aku yang merencakan penangkapan kalian!”

“Apa?” Steave berdiri, tampak semakin kesal. “Kau yang mengirim mereka?”

“Dengarkan aku dulu!” Jeremy memotong frustasi. “Para prajurit itu memang bersedia membantu kita untuk menggulingkan Elvius, tapi aku tak tahu kenapa tiba-tiba malah jadi seperti ini!”

“Tentu saja mereka akan memilih orang yang bisa memberi mereka makan dan jabatan serta uang yang banyak,” Steave membalas. Dia menggertakan giginya. Andai saja tak ada jeruji yang menghalanginya dengan Jeremy, mungkin dia sudah menerjang Jeremy dan memukulinya.

“Amor tidak seperti itu!” kata Jesse. “Pasti ada sesuatu.”

“Silakan saja bela dia, tapi memang itu kenyataan yang kita hadapi sekarang. Kita tertangkap karena dia dan kau!” Steave menatap Jeremy, “Apa sih yang membuatmu rela melakukan apa saja sampai bersedia melakukan ini pada kami?”

“Aku sudah bilang kalau aku tak bisa berbuat apa-apa! Aku ketahuan!”

Kata-katanya barusan membuat ruangan itu sunyi kembali.

“Kau apa?” Jesse-lah yang terlebih dahulu bicara.

“Aku ketahuan. Erold mengetahui kalau aku masuk kelompok dan dia ternyata sudah memasukan satu mata-mata ke kelompok. Dia mengancamku, kalau aku bertindak macam-macam dan tidak mematuhi perintahnya, maka dia akan membunuh Glenn, aku bisa berbuat apa disini? Dia mengawasi gerak-gerikku. Aku tak bisa melakukan apapun.”

Christian menghela napas setelah Jeremy selesai membela diri. “Kau rela melakukan apapun demi Glenn, tapi aku tak menyangka kalau kau kehilangan akal sehat. Lebih baik kau membiarkan Glenn dibunuh daripada rencana ini gagal. Seharusnya kau mengerti bahwa masuk kelompok ini berarti kau siap memberikan nyawamu untuk satu tujuan.”

“Jeremy masuk kelompok karena Glenn ada disini,” Aries menjelaskan.

“Itu sama saja!”

“Dia tak akan membiarkan Glenn mati,” Aries melanjutkan seakan tidak mendengar perkataan Stave.

“Aku tak mau tahu seberapa besar rasa cintamu pada Glenn, tapi membuat nyawa beratus orang dalam bahaya hanya karena satu orang, kau benar-benar tidak berguna Jeremy!”

Aries berdeham. “Bukan saatnya kita bertengkar.”

“Tapi, Guru—”

“Aku yang berhak bicara disini.” Aries memperingatkan Christian. Christian menutup mulutnya dan Aries kembali berbicara pada Jeremy. “Jeremy, aku tak akan menyalahkanmu, aku tahu kau punya sumpah pada Glenn dan bersedia melakukan apa saja demi menjaganya. Masalahnya sekarang adalah setelah ini, jika Elvius diangkat menjadi Raja maka kita tak akan selamat. Kita harus melakukan sesuatu. Anggap saja kita beruntung karena kita sudah masuk kedalam istana. Misi kita saat ini adalah menggagalkan Elvius menjadi Raja dan membawa Glenn kembali. Jika Glenn muncul dalam acara penobatan, mau tak mau Elvius harus memberikan tahta itu padanya karena Glenn belum mati.”

Dia berhenti, menunggu reaksi dari Jeremy. “Aku tahu kau hanya menerima perintah dari Glenn, tapi jika ingin mewujudkan sumpahmu, kau juga harus membantu kami. Aku ingin kau mencari Glenn sampai ketemu, waktumu kurang dari satu hari lagi sampai pada saat pesta. Apa kau bisa melakukannya?”

Jeremy mengangguk. “Aku akan membawanya. Lagipula, masalah ini harus segera diselesaikan. Aku tak sudi Elvius menjadi Raja.”

“Berhati-hatilah pada Erold.”

“Aku mengerti,” Jeremy bergumam. “Aku pergi dulu, Ketua, waktuku sempit.”

Jeremy membungkuk lalu berbalik pegi. Aries menghela napas lelah. Dia sudah setua ini dan harus direpotkan sama tingkah tidak bijaksana dari pemuda-pemuda yang tidak berpengalaman. Aries tahu kalau Jeremy ingin menolong mereka, tapi rasa sayangnya pada Glenn lebih besar dari apapun, dia tak akan pernah menghianati Glenn.

“Ketua, apa sumpah Jeremy pada Glenn? Apa sumpah itu begitu penting?” Steave bertanya dengan nada ingin tahu.

“Sumpah Jeremy adalah sumpah Glenn,” Aries mendesah lelah. Yang lain mengerutkan dahi, tidak mengerti. “Jeremy bersumpah pada Glenn bahwa dia akan menjaga Glenn sampai pada saat Glenn berhasil memenuhi sumpahnya.”

“Dan apa sumpah Glenn?”

Aku akan melindungi semua rakyatku. Aku akan menghapus perbedaan antara Denmian dan Dominic,” Aries tertawa renyah setelah berkata itu. “Kata-kata itu keluar dari mulut seorang anak yang masih berusia enam tahun. Menurut kalian, apa yang bisa kukatakan untuk membalasnya?”

“… aku berjanji akan melindungimu dan juga melindungi semua orang…”

Kata-kata yang mirip saat dia masih di istana, batin Christian.

“Pasti ada alasan kenapa Jeremy bersedia bersumpah seperti itu kan, Ketua?” Steave lagi-lagi menunjukan ekspresi penasaran. “Orang seperti Jeremy—yang anak orang kaya dan hidup enak—tidak mungkin mengenal Glenn yang saat itu rakyat biasa kan? Bagaimana mungkin mereka bisa bertemu?”

“Jeremy yang masuk ke dalam kehidupan Glenn,” Aries menatap Christian. “Aku belum pernah menceritakan masalah ini pada kalian ya?”

Mereka menggeleng teratur.

“Jeremy masuk ke Axantos untuk belajar bahasa karena disuruh Ayahnya, Tuan Kheilen. Dulu, sebelum mengenal Glenn, Jeremy anak yang tidak patuh, senangnya melawan, hura-hura, pesta pora dan macam-macam lagi. Itu memang tingkah kalangan bangsawan dan tak ada yang bisa melawannya. Jeremy mendengar kabar mengenaiku di Axantos dan datang untuk berguru. Aku menolaknya.”

“Kenapa?”

“Karena pada saat itu aku sudah mengangkat Glenn menjadi muridku dan dia begitu cemerlang di mataku,” jawab Aries kalem. “Jeremy tidak terima dan melakukan apa saja untuk mencelakai Glenn. Kau tahu sendiri kan, perbedaan usia mereka lumayan besar. Saat itu Glenn masih berusia enam tahun dan harus menjalani masa-masa sulit karena Jeremy yang berusia sebelas tahun dan punya banyak teman berandalan. Selama setahun, Jeremy selalu saja berbuat ulah. Aku tak tahu apa yang terjadi, namun Jeremy pernah menghilang selama sebulan tanpa kabar, padahal dia selalu datang ke rumahku, memohon agar aku menjadi gurunya, saat dia muncul lagi, dia berubah.”

“Perubahan yang drastis?”

“Ya, seperti itu. Kau tahu kan saat iblis berubah menjadi malaikat, tentu saja hal itu mengejutkanku. Jeremy tidak lagi memohon agar aku menjadi gurunya, dia juga mulai bersikap sopan walau kadang-kadang saat Glenn tak ada, kesopanannya menghilang, dia lebih mudah tersenyum dan banyak bercerita tentang hal-hal yang dia lakukan di sekolah padaku dan menikmati hidupnya bersama Glenn. Terakhir aku baru tahu bahwa Glenn mengajari semua jurus pedangku padanya.”

“Anda pasti marah besar,” Steave geleng-geleng kepala.

“Harusnya, tapi entah kenapa saat itu aku malah bersyukur,” ucap Aries. Christian mengerutkan dahi, tidak mengerti. “Glenn tidak mengatakan kalau dia mengajari Jeremy namun aku juga tidak melarangnya mengajari Jeremy jadi Glenn sama sekali tidak bersalah. Melihat mereka memainkan pedang, membuatku merasa senang. Mereka lebih hebat dari dugaanku, jadi aku diamkan saja sampai mereka mengaku.”

“Jadi mereka mengaku? Kapan?”

“Cukup lama, tujuh tahun kemudian, setelah Glenn menguasai semua jurus pedang dan mulai membuat miliknya sendiri. Jeremy yang mengaku dan bersedia menanggung semua hukuman Glenn karena baginya Glenn tidak bersalah, dia yang memaksa Glenn mengajarinya. Lalu Jeremy bercerita bahwa Glenn ternyata berulang kali menyelamatkan nyawanya. Dia bilang kalau Glenn selalu ada saat dia terpuruk, tidak seperti teman-temannya yang hanya berada disisinya saat dia memiliki uang dan memiliki kekuasaan. Mungkin karena itu, baginya Glenn lebih penting dari siapapun bahkan keluarganya. Dia bahkan bersedia membuang nama Kheilen hanya untuk mengikuti Glenn, tapi Glenn bukan orang yang suka diikuti karena itu Glenn memintanya melakukan misi, yaitu masuk ke kelompok Elvius, menjadi agen ganda. Glenn dan Jeremy sama-sama tahu kalau itu akan membahayakan nyawa keduanya, tapi tidak ada cara lain untuk masuk kelompok itu tanpa harus membahayakan diri.

Setelah Jeremy masuk menjadi kelompok Elvius selama dua tahun, dia memperkenalkan Glenn dan entah kenapa Glenn adalah seorang Pangeran Dominic. Elvius menerimanya dan menjadikannya Pimpinan. Selama tiga tahun, Glenn diminta untuk tidak melakukan apa-apa sampai tim inti berhasil dihimpun untuk menyerang istana, namun peluang terbuka saat Jendral Rodius membawanya masuk ke istana sebagai seorang Tabib dan cerita selanjutnya, kalian bisa tahu sendiri.”

“Jadi maksud Anda, Jeremy dan Glenn adalah agen ganda. Lalu kenapa kalian membiarkan istana diserang oleh Elvius?”

“Sudah kukatakan bukan, kami tidak memihak Dominic ataupun Denmian. Kami tak peduli siapa yang ada di atas asalkan rakyat tidak terganggu. Kami membiarkan Glenn melakukan sendiri rencananya karena dia hendak membuktikan sesuatu.”

“Apa yang ingin dia buktikan?”

“Dia ingin mengabulkan permintaan Raja Joseph,” jawab Aries lelah. Christian tersentak. “Ah, aku sudah menduga kalau kau tahu. Raja Joseph pernah berjanji kalau dia akan memberikan tahta secara langsung pada Glenn. Glenn hanya tak ingin Raja Joseph melanggar janjinya. Kami juga sedikit tenang karena Glenn pasti bisa menjadi raja yang baik, namun kabar yang dibawa Jeremy justru buruk. Glenn tidak melakukan apapun karena didesak terus menerus oleh Elvius tentang pernikahan dan acara tak penting, oleh sebab itu perhatiannya menjadi teralih. Kelompok kami memutuskan kalau kami akan menyerang, seperti yang kalian tahu, tapi kami tak mengatakan kalau Glenn ada dipihak kita. Namun masalah serius muncul saat Elvius hampir membunuh Glenn.”

Mereka termenung lama sekali.

“Cerita ini memang rumit, aku saja kadang masih tidak terlalu mengerti apa yang dipikirkan Glenn, tapi Glenn bilang kalau rencana ini akan berhasil.”

***

Erold tersenyum melihat ekspresi yang muncul dari wajah Jeremy. Raut wajah kekagetan itu merupakan hiburan tersendiri bagi Erold. Jeremy sangat terkejut—nyaris saja pingsan—ketika Erold membawanya ke kamar kosong dimana Glenn terkurung dengan tangan dan kaki di rantai.

“Bagaimana—”

“Ckckck, Jeremy, aku sudah bilang kan, disini aku yang berkuasa. Kau menurut saja apa yang kukatakan,” Erold tersenyum lagi. Penuh kemenangan dan rasa percaya diri. “Aku tahu kau disuruh Aries mencari Glenn karena itu kubawa kau menemui dia. Namun sayang sekali, dia akan tetap disini.”

Jeremy memperhatikan Glenn yang tergeletak di lantai. “Apa yang kau lakukan padanya?”

“Dia masih hidup. Tenang saja,” Erold terkekeh. “Aku cuma memberinya obat tidur, bukan racun. Oh, iya, Duan juga sudah tahu kalau dia ada disini.”

“Duan?” Jeremy terkaget lagi. Ada berapa banyak sebenarnya kejutan yang disimpan Erold?

“Ya, Duan, Black Knight dari Axantos. Duan bersedia melakukan apa saja untuk membantuku. Dia orang yang baik. Sekarang dia menjadi Kesatria Raja.”

“Apa?” mata Jeremy hampir saja keluar. Duan ada di Ocepa? Menjadi Kesatria Elvius? Hal gila apa yang sebenarnya direncanakan Erold?

“Aku tak minta banyak-banyak darimu Jeremy, aku cuma ingin kau dan keluargamu datang ke acara. Pesta. Pasti menyenangkan sekali. Setelah pesta berakhir, aku berjanji akan melepaskan Yang Mulia Tersayangmu.”

Jeremy menggigit bibir. Menggerutu dalam hati.

***

Sejak seminggu sebelum acara penobatan Elvius, sudah berpuluh-puluh raja dari negeri seberang berdatangan dan menginap di istana, tentu saja Elvius tak ingin merusak kebahagiaannya saat ini hanya karena urusan tak penting dari mantan raja Joseph dan keronco-keronconya. Apalagi sekarang dia sudah memiliki semuanya: harta, kekayaan, jabatan, istana, budak dan bahkan seorang kesatria terlatih.

“Apa yang kau lakukan saat di Axantos, Duan?” Elvius merapikan kerah bajunya dan memperhatikan wajahnya di cermin. Di belakangnya, di pantulan cermin, tampak Duan—yang memakai pakaian bangsawan berwarna biru dan sepatu tumit tinggi—dengan pedang terikat di pinggangnya. Penampilan memukau dari Duan membuat dia merasa kalau dia sudah menjadi seorang Raja.

“Seperti biasa, Yang Mulia, mendengarkan perintah Raja dan mematuhinya.”

Elvius berbalik. “Bagaimana penampilanku?”

Memuakan sekali, tapi Duan tidak akan mengatakan itu. “Sempurna, Yang Mulia.” Dia sudah terlatih untuk berbohong di saat yang tepat.

Elvius tertawa keras-keras, tampak puas dengan jawaban singkat Duan.

“Haha, kau memang mirip seseorang, Duan. Ah, jangan-jangan kau kenal Glenn Haistings?”

“Glenn? Tentu saja, Yang Mulia.”

Elvius mengangguk-angguk.

“Dari dulu aku menginginkan ada orang seperti dia di sampingku. Dia sangat setia, hanya saja dia punya prinsip yang berbeda denganku.” Elvius duduk di sofa empuk dan melipat kakinya. “Sayang sekali dia mati saat masih muda. Jika saja aku punya seorang putri, aku pasti akan menikahkan dia dengan Putriku.” Lalu dia melirik Duan, “Apa kau punya saudara perempuan, Duan?”

“Tidak, Yang Mulia,” jawab Duan, tapi dia penasaran. “Memangnya kenapa, Yang Mulia?”

“Aku hanya penasaran, siapa tahu saudaramu bisa menjadi permaisuriku,” lalu dia menertawai leluconnya sendiri.

Duan hanya tersenyum kecil walau dalam hati dia ingin berteriak marah. Walaupun aku punya saudara perempuan, aku tak akan mengijinkan mereka menikahimu, Dasar Tua Bangka!

Elvius menghela napas. “Sayang sekali aku belum bisa menemukan Ratu Eva sampai saat ini. Aku tak tahu dimana dia sembunyi selama hampir dua tahun ini. Joseph terlalu beruntung mendapatkan wanita secantik Eva, padahal Eva dulu calon tunanganku. Hanya karena Joseph menjadi Raja, dia berhak memilih calon permaisurinya sendiri, betul-betul menjengkelkan.”

Duan tidak mungkin termakan hal itu. Ratu Eva jelas-jelas menikahi Raja Joseph karena Ratu Eva mencintai Raja Joseph, kalau tidak, Ratu Eva mungkin masih ada di istana, menikahi Elvius.

Pintu di ketuk dan banyak dayang masuk secara teratur, membawa barang-barang di atas tangan dan wangi-wangian tak jelas. Hari ini adalah hari penobatan Elvius, walau tak ingin menemani Elvius kemana-mana, tapi Duan terpaksa harus menurut.

“Duan, kau tunggu disini, aku ingin meminta pendapatmu soal pakaianku.”

“Baik, Yang Mulia.”

Duan hanya menonton Elvius berulang kali mengganti pakaiannya dengan berbagai macam warna. Melihatnya seperti melihat wanita yang sedang belanja, benar-benar suka berdandan. Dayang-dayang yang datang membantunya memasukan satu per satu pakaian bangsawan yang kelihatan merepotkan itu. Dia memakai perhiasan setelah bajunya selesai dia pilih, kalung emas besar berkilat-kilat, cincin-cincin dengan mata yang besar dan akhirnya sebuah mahkota besar.

“Bagaimana, Duan?”

Kau terlihat seperti badut tontonan, maki Duan. Tapi dia menjawab, “Anda terlihat sangat sempurna. Rakyat Anda pasti akan bangga melihat Anda.”

Pintu di ketuk lagi dan Erold masuk tanpa disuruh. Matanya berbinar melihat penampilan Elvius dan dia bertepuk tangan berulang kali. “Bravo, Yang Mulia. Anda kelihatan seperti raja sungguhan. Saya yakin semua raja tak akan ada yang bisa menandingi Anda!”

“Terima kasih, Erold. Apa yang membawamu kemari, Jendral?”

“Ah, aku cuma ingin memberitahu pada Anda bahwa seluruh tamu sudah menunggu Anda. Ini acara Anda, Yang Mulia. Ah, dan satu lagi, aku ingin meminjam kesatria Anda, aku harus memberitahu padanya jalur dan keamanan yang harus Anda lewati, itupun jika Anda tidak keberatan.”

“Bawa saja dia, tapi jangan lama-lama, Erold, aku mudah merindukan dia.”

Erold tertawa dan menarik Duan keluar dari kamar. Ekspresi Erold berubah saat dia menatap Duan. “Ini rencana untuk penobatan. Aku tak mau ada kegagalan. Aku tahu kau terlatih dan aku yakin kau bisa melakukannya. Kau sudah mengobservasi istana kan?”

Duan mengangguk, tidak menjawab.

“Yang Mulia akan melewati lorong ini ke kiri, melewati jendela yang banyak dan tidak terjaga, bisa saja ada pemanah, kau harus menjaganya dengan nyawamu. Setelah aman, kalian akan sampai ke koridor panjang dekat aula. Disana ada ruangan, bawa raja kesana sebelum ada panggilan dari panatua kerajaan. Raja-raja dan bangsawan dari penjuru negeri akan masuk ke aula dan akan ada bunyi terompet panjang, pada saat itu kau bawa dia ke aula. Acara akan selesai disana, setelah itu acara akan berakhir. Kita lihat saja acara yang diinginkannya setelah ini. Biasanya akan ada jamuan dulu, tapi mungkin hari ini agak sedikit berbeda. Kau mengerti?”

Duan mengangguk lagi.

“Jika terjadi sesuatu pada Elvius, bersumpahlah padaku kalau kau akan membawa dia ke ruangan atas. Disana lebih aman.”

“Kenapa kau begitu melindungi Elvius? Kenapa memilih untuk disamping penjahat seperti itu?”

“Karena Elvius sangat penting dalam hidupku, kau mengerti?”

Duan tak bisa membantah lagi. Erold membuka pintu dan mendorong Duan masuk ke dalam. Duan mengeluh ketika Elvius sudah menunggunya untuk membawakan jubah panjangnya.

***

Christian terbangun saat ada bayangan seseorang mendekati ruangannya. Seseorang baru saja masuk, sepatunya berbunyi di lorong batu yang lembab. Matahari baru saja bersinar dengan terik. Hari yang sangat cerah

Steave mengucek matanya dan berdiri ketika melihat siapa yang masuk ke penjara mereka.

“Kau! Apa yang kau lakukan disini?”

Amor tersenyum.

“Waktunya pesta, ini hari penobatan, apa kalian lupa?”

Christian mengerutkan dahi.

“Pangeran Christian, kupikir Anda harus menonton acara ini.”

Christian terbelalak. Bagaimana mungkin—

***

Duan menunggu kedatangan Elvius di barisan raja-raja dan kaum bangsawan. Terompet sudah berbunyi panjang dan Elvius masuk bersama dengan beberapa putri yang membawakan jubahnya. Senyuman Elvius tidak hilang-hilang dari wajahnya sejak kemarin. Saat dia datang, keheningan yang suci memenuhi aula.

Akhirnya, Elvius sampai di puncak tangga, dimana para panatua kerajaan menunggu kedatangannya. Panatua kerajaan membacakan doa-doa dan memberikan cipratan dedaunan setelah itu membuka catatan panjang.

“Apakah Engkau mau bersumpah, hai, Elvius Romulus Dominic, Putra dari Robert Roumses Dominic, menjadi Raja atas Ocepa? Apakah engkau bersedia menjadi Raja yang baik bagi mereka, jujur dalam bekerja, adil dalam bertindak, mendengarkan keluhan mereka dan berusaha sekuat tenaga untuk menyejahterakan rakyatmu?”

“Aku, Elvius Romulus Dominic bersumpah dan bersedia menjadi Raja Ocean Pasifik Kingdom, menjadi Raja yang baik bagi rakyatku, adil dalam tindakan, jujur dalam pekerjaanku dan berusaha sekuat tenaga, menyejahterakan rakyatku.”

“Hari ini, kunobatkan kau— ”

Panatua kerajaan berhenti melaval saat pintu aula menjeblak terbuka dan berpuluh-puluh prajurit berseragam dengan pedang dan tombak di tangan memasuki aula. Para bangsawan berteriak panik dan Panatua kerajaan menjatuhkan cawan miliknya.

“Pemberontakan, Elvius!” Louis berteriak di tengah kerumunan. “Kami tidak menerima adanya Raja baru!”

***

0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright ::-- Prince Novel --:: 2009. Powered by Blogger.Wordpress Theme by Ezwpthemes .
Converted To Blogger Template by Anshul Dudeja.