RSS
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Rabu, 13 April 2011

Ocepa Kingdom Eps 20

Dua puluh

Kecemasan Aries bangkit ketika Jendral Rodius mengeluarkan pendapatnya. Bandul itu jelas-jelas berlumuran darah dan merupakan benda yang sama saat dia memberikannya pada Glenn.

“Maksudmu yang membantu kalian benar-benar Raja?” Aries mengambil bandul itu dan memperhatikan goresannya dengan teliti. Tidak ada tanda-tanda kalau bandul itu palsu. Bandul itu cuma ada satu di dunia. “Bagaimana kau bisa mendapat benda seperti ini, Jendral?”

“Aku memberikannya,” Raja Joseph menjawab cepat. “Dia sudah kuanggap seperti saudaraku sendiri, tapi aku sendiri tak menyangka kalau kau memberikan benda itu pada Tabib Glenn.”

“Ya, aku menganggap Glenn sebagai orang yang tepat untuk Kesatria Putra Mahkota, namun aku tak tahu kalau masalahnya akan jadi seperti ini,” Jendral Rodius melipat tangan dengan wajah lelah. “Tapi, aku juga tidak terlalu yakin yang menolongku adalah Raja Muda itu, kalian tahu sendiri kan, dia juga bisa menyerahkan bandul itu pada siapa saja.”

“Yang kau katakan memang benar,” kata Aries menggigit bibir. Jika ditanya apa isi hatinya, dia benar-benar mencemaskan keadaan Glenn. “Kita juga tak bisa tahu keadaan kalau kita tidak menanyakan Jeremy. Saat ini hanya dia yang bisa keluar masuk istana dengan bebas. Disaat seperti ini, mungkin dia tak akan diizinkan keluar istana untuk sementara waktu.”

Charlie mengerutkan dahinya.

“Ketua, kenapa kau tiba-tiba menjadi cemas seperti itu? Tidak masalah kan kalau Glenn terluka atau tidak? Itu sama sekali bukan urusan kita. Lagipula—”

“Jelas ini urusan kita karena Glenn sendiri—” Aries berhenti bicara saat mata-mata para bangsawan istana itu menatapnya dengan perasaan ingin tahu yang sangat tinggi. “Sudahlah. Kalian tak perlu tahu. Aku yang mengerti seperti apa Glenn.”

Christian angkat bicara. “Jika Guru begitu cemas padanya, kenapa tidak mengirim orang saja ke istana? Aku bisa melakukannya.”

“Tidak,” Aries menolak cepat. “Saat ini istana sedang waspada. Membiarkanmu masuk ke sana, berarti sama saja dengan membawa nyawamu pada mereka. Saat ini biarkan saja keadaan tenang dulu. Kita tidak boleh gegabah. Kita akan bergerak jika Jeremy sudah memberi kabar pada kita—”

“Kelihatannya Anda begitu percaya pada Jeremy,” Jendral Rodius mengerutkan dahi sementara matanya yang tajam menatap dalam pada Jendral Rodius, “Apa Anda tidak berpikir ada kemungkinan pemuda itu berkhianat pada kita? Apalagi saat ini dia dekat dengan Raja.”

“Aku tak akan memberikan pikiran seperti itu pada orang kepercayaanku, Mantan Jendral,” tukas Aries kesal. “Pokoknya keputusanku tetap. Jika kalian melanggar, maka kalian harus menanggung sendiri akibatnya. Istana saat ini sedang berpikir kalau ada pengikut Denmian yang selamat. Kaum Raja,” dia menatap kelompok bangsawan itu satu per satu. “yang masih hidup. Jika kalian membuat tindakan yang mencurigakan, kami juga bisa tertangkap dan jika hal itu terjadi maka semua tindakan kami yang panjang akan sia-sia karena kalian.”

Mereka setuju. Akhirnya mereka menunggu saja. Menunggu Jeremy yang akan memberikan kabar. Entah sampai kapan.

Christian mengepalkan tangan. Di sudut hatinya, dia sedikit kecewa.

***

Jeremy masuk ke kamar Glenn.

“Sarapan,” kata Jeremy dengan nada datar. “Apa tidurmu nyenyak?”

Glenn memakai mahkota perak ke dahinya, “Begitulah. Kenapa?”

Jeremy menimbang-nimbang. Setelah dia memikirkan kata-katanya, dia menjawab dengan hati-hati, “Kemarin malam Raja Joseph dan Jendral Rodius kabur dari penjara. Mereka dibebaskan oleh segerombolan orang-orang bertopeng, menuju istana Aclopatye.” Jeremy berhenti, menunggu reaksi dari Glenn, tapi Glenn tidak menunjukan reaksi apapun. “Aku memeriksa tempat mereka kabur dan tidak menemukan tanda-tanda keberadaan mereka. Aku juga tidak menemukan ada lubang rahasia tempat mereka kabur.”

Lagi-lagi, Glenn tidak bereaksi.

“Penasehat Elvius kemarin marah besar, dan bertanya padaku dimana kau. Well, saat itu kau sedang tidur ketika dia masuk ke kamarmu tanpa pamit.”

Glenn menaikan alisnya. “Oh? Lalu?” katanya dengan nada heran. “Aku harus bagaimana? Memarahinya karena tidak ada izin masuk kamarku seperti yang sering kau lakukan? Kau bahkan tak pernah mengetuk pintu kamarku.”

“Maksudku, saat kejadian itu, hanya kau yang sendirian di kamar ini,” kata Jeremy. Dia mencoba melihat ekspresi Glenn yang sama sekali tidak berubah. Jeremy membasahi bibirnya. “Aku menemukan ada bercak darah di istana Aclopatye dan aku tahu kalau istana itu sangat penting bagimu.”

“Kau ingin bilang kalau kau ingin memeriksa Aclopatye dengan leluasa siapa tahu mereka masih bersembunyi disana begitu?” kata Glenn.

Jeremy menghela napas. Dia berjalan cepat kehadapan Glenn. Tanpa mengatakan apapun, dia mengangkat tangan kanannya dan menyentuh dada Glenn. Glenn mengerutkan dahi dan menyingkirkan tangan Jeremy.

“Kau ini kenapa?” Glenn terheran-heran.

“Salah satu prajurit melapor kalau ada yang terluka,” Jeremy menatap curiga Glenn. “Lukanya cukup parah dan dia tidak keluar dari istana.”

“Ah,” Glenn mengerti sekarang. “Kau mencurigaiku membantu mereka?”

Jeremy masih curiga. “Kau sama sekali tidak mengizinkan Penasehat Elvius untuk membunuh mereka, bahkan memperlakukan mereka dengan baik. Aku merasakan ada yang tak beres dengan kebaikan hatimu, Yang Mulia.”

Glenn tertawa. “Aku harus bagaimana? Membiarkan mereka dibunuh? Berapa kali aku harus memberitahumu kalau aku ini seorang Tabib. Seorang Tabib tidak akan menyianyiakan nyawa manusia. Itu sudah menjadi hukum mutlak bagi kami. Tidak bisa diganggu gugat walau aku seorang Raja saat ini.”

Jeremy mengepalkan tangannya ketika Glenn memberikan senyuman manisnya seakan tidak merasakan ada yang aneh.

“Apa kau terluka?”

“Aku tak tahu apa yang kau katakan,” kata Glenn mengangkat kedua bahunya. “Ah, jangan-jangan kau memegang dadaku karena mengira kalau aku terluka? Lihat baik-baik ya, aku akan menunjukan tubuhku padamu kalau itu maumu. Nih, silakan lihat dengan matamu sendiri.”

Glenn melepas kancing bajunya, satu per satu dengan wajah penuh percaya diri.

“Yang Mulia!”

Erold masuk sambil membanting pintu. Dia berhenti dan memperhatikan suasana yang tak biasa di kamar Glenn.

“Kalian berdua sedang apa?” kata Erold lagi.

“Ah, tidak. Jeremy cuma ingin melihat tubuhku. Itu saja,” jawab Glenn enteng.

“Apa?” Erold menatap Jeremy. “Rakyat biasa tidak boleh melihat kulit keluarga Raja! Kau harus tahu peraturan itu, Jeremy! Bukan berarti karena Raja baik padamu, maka kau bisa melakukan apapun sesukamu!” Erold marah-marah sambil menunjuk-nujuk Jeremy.

“Tidak apa-apa, Menteri Pertahanan, aku tidak keberatan,” kata Glenn.

“Aku keberatan, Yang Mulia. Pakai kembali pakaian Anda. Ada yang harus kita bicarakan. Dan kau—” Erold kembali menatap Jeremy. “Tetap disini sampai kami kembali. Aku harus mengajarkanmu soal aturan kerajaan.”

“Tapi—”

Erold mengangkat tangannya, “Kau tak harus mengikuti Yang Mulia kemanapun dia pergi. Dia bukan anak-anak lagi. Dia bisa mengurus dirinya sendiri tanpa kau.”

“Aku hanya mendengarkan omongan Raja,” geram Jeremy.

“Yang Mulia, suruh dia tetap disini. Aku tak mau pembicaraan ini didengar orang,” kata Erold ketika Jeremy menatap Glenn.

Glenn tersenyum.

“Kau dengar kata-katanya, Jeremy. Tetaplah disini sampai aku kembali.”

Jeremy menggigit bibir. Dia tak bisa membantah lagi saat Glenn sudah memutuskan. Glenn memperbaiki pakaiannya dan mengikuti Erold keluar dari kamarnya. Jeremy menghela napas kesal.

Seharusnya tadi dia tidak bertanya!

***

Erold ngomel-ngomel ketika Glenn mengikutinya menuju kantornya. Menurutnya sangat tidak pantas bagi Glenn untuk meladeni kecurigaan Jeremy bahwa dia mungkin menolong Raja Joseph keluar dari istana. Penasehat Elvius ternyata juga mencurigai Glenn.

“Namun Anda tenang saja, yang Mulia. Saya sangat memercayai Anda. Seratus persen,” kata Erold. “Mereka sama sekali tidak berhak mencurigai Anda soalnya saat kejadian itu Anda tidur lelap sekali. Maafkan saya, Yang Mulia, saya menguatirkan kesehatan Anda karena itu saya meletakan obat tidur ke minuman Anda.”

Glenn mengerutkan dahi.

“Obat tidur?”

Erold menutup mulutnya. Dia nyengir takut-takut. “Maafkan saya, Yang Mulia. Saya sama sekali tidak bermaksud untuk mencelakakan Anda. Saya cuma khawatir, cuma itu. Mohon, Yang Mulia mengerti.”

Glenn tersenyum lagi.

“Menteri Pertahanan memikirkan kesehatanku, bagaimana mungkin aku marah dan berpikirkan buruk? Anda tenang saja.”

Erold tertawa lagi. Dia tampak lega.

“Lalu, apa yang ingin Anda bicarakan?”

Erold menghela napas.

“Begini, Yang Mulia. Anda tahu sendiri, walaupun keamanan di istana ini sudah ditingkatkan berkali-kali lipat, selalu ada saja celah bagi penyusup untuk masuk. Karena itu, kalau Anda berkenan, dapatkan saya…eh, menutup semua jalan rahasia untuk sementara ini?”

Glenn berhenti melangkah. Dia menatap Erold lekat-lekat.

“Menteri, tidak ada alasan bagi kita untuk menutup semua pintu rahasia. Ini masalah kepercayaan, jika ada salah satu dari anggota istana yang berkhianat, itu baru masalah. Walau kita menutup semua pintu rahasia di istana dan pada akhirnya ada yang berkhianat, maka pintu itu dapat di buka kembali. Itulah masalah utama kita.” Glenn menjelaskan sambil melihat-lihat taman melalui jendela yang terbuka lebar. “Sama seperti saat ini, Menteri. Anda tahu sendiri saat ini, banyak yang berkata kalau pertengkaran Ocepa adalah antara kaum Dominic dan Denmian, tapi menurutku ini masalah tak percayanya rakyat pada pemerintahan.”

Erold menggigit bibirnya. “Anda benar, Yang Mulia.”

“Menteri, jika Anda disuruh memilih antara Dominic dan Denmian, siapa yang akan pilih?”

Erold salah singkah ketika ditanyai seperti itu.

“Eh, kenapa Anda tiba-tiba—”

Glenn tersenyum.

“Anda tak perlu menjawabnya, Menteri,” Glenn berjalan lagi, meninggalkan Erold di belakangnya.

***

Jeremy memperhatikan Glenn. Tidak ada yang berubah. Dia kelihatan sehat-sehat saja. Mungkin Jeremy harus menghapus pikiran tentang kecurigaannya bahwa Glenn membantu Raja Joseph dan Jendral Rodius kabur. Jeremy melirik Penasehat Elvius yang juga memandang Glenn dengan cara yang sama dengannya. Tampaknya dia juga mencurigai Glenn.

Glenn menggerakan tangannya dan menguap, lalu memberikan coretan panjang. Penasehat Elvius mendelik.

“Yang Mulia, Anda membatalkan lagi surat perizinan untuk bangsawan itu?”

Glenn mengangguk. Tidak menjawab. Dia memindahkan kertas yang dia coret ke tumpukan sampah yang menggunung di bawah meja kerjanya.

“Yang Mulia, orang itu adalah anak dari Menteri Pendidikan Axantos. Apa Anda tidak gegabah—”

“Aku tahu apa yang aku kerjakan, Penasehat,” kata Glenn tidak memandang Penasehat Elvius dan kembali mencoret daftar panjang nama salah satu bangsawan yang lain dengan entengnya. “Jeremy, tolong ambilkan pena bulu lagi. Yang ini sepertinya sudah rusak,” Glenn memperhatikan ujung pena bulunya dengan dahi mengerut.

Jeremy mengangguk dan melangkah keluar dari ruang kerja.

Rahang Penasehat Elvius mengeras. Dia membungkuk rendah disisi Glenn, mengambil tumpukan kertas yang dicoret Glenn. Daftar nama dari orang-orang berpengaruh di Ocepa yang tidak diizinkan Glenn untuk mendapat surat izin. Dia membereskan tumpukan kertas itu dan melihat sisi meja Glenn yang lain: hanya ada ada beberapa lembar kertas lusuh yang disetujui Glenn.

“Yang Mulia, sebenarnya apa alasan Anda membuat peraturan seperti ini?” kata Penasehat Elvius menghela napas.

“Tidak ada, Penasehat. Aku cuma ingin membangun Ocepa menjadi yang lebih baik. Itu saja. Bukan alasan khusus.” Glenn menopang dagunya dan matanya menelusuri catatan panjang berbelit-belit.

Penasehat Elvius membasahi bibirnya.

“Apa Anda semalam tidur nyenyak, Yang Mulia?”

Glenn menjawab pelan, “Ya. Menteri Erold melapor padaku pagi ini, katanya dia memasukan obat tidur ke makananku. Dia meminta maaf padaku, katanya dia cuma khawatir pada kesehatanku sehingga aku tidak tahu apa yang terjadi pada istana kemarin. Memangnya ada masalah, Penasehat?”

“Salah satu dari pemberontak itu terluka—”

Glenn memotong cepat, menanggapi dengan nada tidak peduli, “Tadi pagi Jeremy juga bilang itu. Intinya dia mencurigaiku.” Lalu dia menoleh pada Penasehat Elvius. “Jangan-jangan Anda juga mencurigaiku?”

“Eh? Kenapa Anda tiba-tiba—”

“Apa kau juga akan menyentuh dadaku seperti yang dilakukan Jeremy? Pagi ini aku hampir saja menelanjangi diri sendiri cuma untuk membuktikan bahwa aku baik-baik saja, untung saja Menteri Pertahanan datang.”

Penasehat Elvius mengatupkan mulutnya.

“Saya yakin kalau Anda sangat setia pada Negara, Yang Mulia.”

Glenn tersenyum, dia kembali melihat catatan pekerjaannya.

“Yang Mulia, bagaimana kalau minggu ini kita berburu?”

Glenn mencoret beberapa nama. “Boleh. Ajak Jeremy.”

Penasehat Elvius tersenyum. “Tentu saja, Yang Mulia.”

***

Jeremy berhenti melangkah saat dia berpapasan dengan Penasehat Elvius di koridor Utara.

“Ah, aku mencarimu,” kata Penasehat Elvius.

Jeremy mengerutkan dahi. “Ada sesuatu, Penasehat?”

Penasehat Elvius menyodorkan kertas berisi coretan pada Jeremy. “Yang Mulia menyuruhmu untuk memeriksa kembali apa ada nama daftar bangsawan di catatan itu yang bisa dikirim ke luar negeri. Dia minta kau observasi langsung ke lapangan karena cuma kau orang kepercayaannya. Dia juga meminta kau memeriksa keadaan lapangan. Cari tahu apakah peraturannya benar-benar dijalankan.”

“Kenapa aku?”

“Karena kau rakyat biasa yang tidak dikenal publik.” Penasehat Elvius menghela napas. “Dia minta kau segera berangkat setelah aku memberi ini padamu. Katanya kau tak perlu pamitan dan pena itu,” Penasehat Elvius mengambil pena bulu yang dibawa Jeremy, “Biar aku yang bawa. Semua catatannya jadi rusak karena pena bulu ini. Aku akan ganti dengan kualitas yang lebih bagus. Apa sih yang dipikirkan Raja itu?”

Penasehat Elvius berlalu sambil ngomel-ngomel.

Jeremy mengerutkan dahinya. Dia memeriksa kertas-kertas itu. Tidak biasanya Glenn memberinya tugas melalui orang ketiga, biasanya Glenn akan memberitahunya secara langsung. Namun dia kembali berpikir, dia bisa berkunjung untuk memberitahu keadaan istana pada kelompok. Ini adalah kesempatan.

***

Glenn membuka laci meja kerjanya dan mengambil salah satu surat berstempel di yang menumpuk di dalam. Dia membuka perlahan dan membaca surat yang sudah keliahtan usang karena terus-menerus dibaca oleh Glenn.

Terima kasih atas perhatianmu, Yang Mulia

Berkat Anda saya dapat tinggal di tempat senyaman ini, saya juga berterima kasih karena Anda mempertahankan nyawa Tuan dan anak-anak saya. Rasanya saya dapat mengerti kebaikan hati Anda. Walaupun bagi saya sangat sulit bagi saya untuk menerima kenyataan bahwa Tuanku berada sekarang sangat tidak sesuai dengan apa yang dia miliki dulu, namun saya mengerti Anda sudah melakukan apa yang Anda bisa. Jika tidak karena Anda, saya dan keluarga saya pasti tidak selamat sampai saat ini.

Hormat saya, Eva.

Ada suara langkah kaki menuju kantornya sehingga dia buru-buru memasukan surat yang dia pegang ke dalam laci dan bersikap seolah-olah sedang bekerja.

“Jeremy, kenapa kau lama sekali?” Glenn mengadahkan kepalanya dari meja kerja saat pintu kantornya terbuka, ternyata yang masuk bukan Jeremy melainkan Erold. “Menteri Pertahanan? Ada apa?”

Erold masuk setelah menutup pintu dengan hati-hati. Dia berjalan cepat menuju Glenn dengan wajah serius. “Kenapa wajah Anda seram sekali?”

Erold tidak menaggapi. Dia menatap tajam Glenn.

“Jeremy keluar istana. Anda menyuruhnya?”

“Aku menyuruhnya mengambil pena bulu. Mungkin dia keluar istana untuk membeli beberapa—” Erold menyentuh dada Glenn, lalu punggungnya.

“Ada tidak terluka kan?”

Glenn mengerutkan dahi lalu tersenyum aneh, “Anda mencurigaiku? Aku tidak luka. Bukannya Anda yang bilang kalau Anda memasukan obat tidur ke makananku?”

Erold menggertakan gigi.

“Anda seorang Tabib dengan indera penciuman yang luar biasa dan penglihatan yang cemerlang. Tidak mungkin Anda tidak menyadarinya.”

Well, tapi aku menghabiskan makananku,” Glenn mengangkat kedua bahunya. “Jika Anda datang kemari untuk mendiskusikan masalah itu, maaf saja, saat ini aku sangat sibuk.”

Erold menatap tumpukan pekerjaan Glenn.

“Ini bukan dirimu, Tabib Glenn, jika kau ingat.”

Glenn tidak menanggapi.

“Aku cuma ingin meyakinkan diriku bahwa kau baik-baik saja dan tidak terluka.”

Glenn meletakan penanya. “Aku tidak apa-apa.”

Erold menatap mata Glenn beberapa detik. Matanya yang begitu jernih. Tegas dan penuh kekuatan. Erold memutuskan, kalau dia percaya. “Baiklah, aku percaya kalau begitu. Jeremy tidak ada disisimu saat ini. Mungkin dia akan pergi dalam waktu lama. Tak akan ada yang disisimu.”

“Aku ahli pedang.”

Erold menarik napas.

“Besok adalah klimaksnya. Aku cuma ingin memastikan kalau kau benar-benar siap. Nyawamu bisa saja tidak selamat—”

“Aku seorang Tabib, aku bisa mengobati diriku sendiri.”

Erold mengalah.

“Kalau begitu, Yang Mulia. Ini adalah pertemuan terakhir kita.”

Glenn tersenyum. Wajahnya penuh percaya diri.

***

Pedalaman Desa Medlorld

Aries mengerutkan dahinya saat Christian masuk ke markas mereka dengan terburu-buru. Charlie dan Louis yang ada bersama mereka segera berdiri.

“Ada apa?” kata Charlie.

“Guru, kupikir kita bisa tahu kabar dari istana. Lihat siapa yang kubawa?” Christian menarik Jeremy masuk ke markas.

“Jeremy? kenapa kau bisa ada disini?” Louis tercengang. “Terjadi sesuatu di istana?”

Jeremy menggaruk kepalanya.

“Eh, tidak. Aku cuma ditugaskan Glenn untuk mendaftarkan nama bangsawan yang diizinkan untuk keluar negeri lalu memeriksa apakah peraturan itu berjalan. Karena pekerjaanku sudah selesai, kupikir aku harus mampir dulu untuk memberikan kabar dari istana.”

Aries belum lega. “Apa Glenn terluka?”

Jeremy menatap ruangan itu. “Kupikir kita hanya akan bicara berdua, Ketua. Kau tak suka ada banyak mata. Apa kita sekarang ada di pihak Denmian?”

“Soal itu kujelaskan nanti.” Aries mengangkat tangan tak sabar. “Christian, panggil semua orang kemari. Ada yang harus kita diskusikan. Aku tak mau mereka berpikir macam-macam mengenai Jeremy.”

Jeremy sebenarnya tidak terlalu mengerti apa yang terjadi sampai semua penghuni istana berkumpul. Akhirnya dia tahu satu alasan, mereka mencurigai Glenn merupakan salah satu dari penolong mereka. Setelah mendengar cerita mereka, Jeremy juga kembali memikirkan masalah itu.

“Tapi Glenn memang tidak terluka,” Jeremy mengemukakan pendapatnya. “Pertama karena Erold memberikannya obat tidur tanpa sepengetahuannya dan Glenn sama sekali tidak merasakan apapun saat aku menyentuh tubuhnya. Kurasa bukan Glenn. Siapapun yang menolong kalian, pastilah orang yang mencuri bandul itu.”

Raja Joseph mengerutkan dahinya.

“Rasanya aku pernah melihatmu, Anak Muda.”

“Aku selalu disisi Glenn sebagai Kesatrianya.”

Raja Joseph menggeleng.

“Tidak. Bukan. Aku pernah melihatmu sebelum itu.”

Jendral Rodius juga ikut memperhatikan Jeremy. “Ya, benar. Kita pernah bertemu. Wajahmu sangat familiar.”

Jeremy mengalihkan pandangannya pada Aries. “Apa rencana selanjutnya, Ketua?”

“Saat ini kami berhasil menghimpun kekuatan. Rencana kita sudah berjalan delapan puluh persen. Kita tinggal menuggu putusan selanjutnya. Jika pemerintah macam-macam, kita bisa menggulingkan mereka,” Aries melirik keempat anak Raja Joseph. “Salah satu dari mereka mungkin akan naik tahta, rakyat sangat menyukai kinerja mereka yang tak pandang status.”

Keempat Pangeran pura-pura tak mendengar.

“Jadi, setelah kita menggulingkan Dominic, Denmian kembali berkuasa, jika ini diteruskan, masalah tak akan pernah selesai.” Kata Jeremy sinis.

“Kali ini keputusan Rakyat,” Aries melipat tangan. “Ada satu lagi kandidat, yaitu Glenn sendiri. Dia cukup digemari rakyat miskin dan dibenci setengah mati oleh kaum bangsawan. Aku tak tahu apa yang akan terjadi. Tapi masalah ini sepertinya cukup serius juga.”

Jeremy menghela napas. “Kurasa lebih baik aku menginap disini.”

***

Glenn melompati sulur batang pohon besar, menunduk cepat menghindari anak panah bertubi-tubi yang mengincarnya. Derap langkah kuda di belakangnya terasa mendekat. Sesak napas, menahan kesakitan di bahunya yang berlumuran darah, Glenn berusaha mengambil jarak sejauh mungkin dari para pemburu sialan itu.

Sejak awal dia menduga kalau dialah yang akan diburu, tapi dia sendiri tidak menyangka akan terkena anak panah. Ini disebabkan karena respon lambat yang diberikan tubuhnya yang terluka akibat tebasan pedang beberapa hari lalu dan lukanya belum sembuh.

Memaki dalam hati, Glenn melompati jalan buntu dan masuk ke sungai dalam.

***

0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright ::-- Prince Novel --:: 2009. Powered by Blogger.Wordpress Theme by Ezwpthemes .
Converted To Blogger Template by Anshul Dudeja.