RSS
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Rabu, 13 April 2011

Ocepa Kingdom Eps 19

Sembilan belas

Ketetapan Raja, Undang-Undang Ocepa

1. Raja menetapkan pajak kaum atas sebesar dua puluh persen penghasilan, pajak kaum menengah sebesar sepuluh persen penghasilan dan pajak kaum bawah sebesar empat persen penghasilan.

2. Raja menetapkan untuk membuka seluruh sekolah di negeri ini bagi semua golongan. Setiap sekolah dilarang meminta pungutan biaya dari golongan bawah yang hendak sekolah.

3. Raja menetapkan para pedagang dari luar negeri, dilarang memasok barang ke dalam negeri begitu juga dengan para pedagang yang memasok barang dari dalam negeri ke luar negeri tanpa izin dan tanda tangan dari Raja. Jika ada pedagang yang hendak memasok barang, dikenakan bea cukai sebesar sepuluh persen dari total pembayaran, dan jika ada yang melanggar, akan diberikan hukuman yang berat. Hal ini juga berlaku bagi penduduk luar negeri yang masuk Ocepa dan penduduk dalam negeri yang keluar Ocepa.

4. Raja menetapkan tidak boleh ada satu orang pun yang keluar masuk Ocepa dan gerbang perbatasan tanpa izin dan tanda tangan dari Raja.

Peraturan baru itu ditempel di setiap papan pengumuman di penjuru negeri dan mendapatkan respon berbeda. Bagi kalangan miskin, tentu saja itu sangat menolong mereka, namun bagi golongan atas, peraturan itu membuat mereka frustasi. Apalagi peraturan Raja berlaku selama lima tahun setelah keputusan itu dibuat sebelum direvisi ataupun dihapus. Lima tahun merupakan jangka waktu yang lama.

“Yang Mulia, apa Anda tahu apa yang akan Anda terjadi jika peraturan itu dilaksanakan?” Elvius tidak habis pikir tentang jalan pikiran Glenn. Dia menarik Glenn bicara empat mata saat itu juga, menyuruh Glenn mencabut kata-katanya.

“Aku tak akan mencabut kata-kataku, lagipula peraturan itu sudah keluar,” kata Glenn memeriksa catatan-catatan panjang yang diberikan untuknya.

“Kenapa Anda melakukannya?”

“Pertama aku tak ingin jadi Raja seperti Raja Joseph yang membiarkan rakyat miskinku menjadi makin miskin dan membuat rakyatku yang kaya semakin kaya.” Glenn memberikan tanda tangannya ketika melihat daftar siswa yang hendak belajar ke luar negeri. “Kedua, aku tak ingin rakyatku buta huruf sehingga mudah dibodoh-bodohi oleh pihak yang tidak bertanggung jawab. Aku sudah melihat banyak penipuan dari pihak rentenir mengenai ini. Ketiga aku tak ingin ada barang ilegal bisa masuk sesuka hatinya ke negeri ini sedangkan barang kita tidak laku disana. Dan yang terakhir, aku tak mau ada penjualan manusia di negeriku yang ujung-ujungnya akan berkhianat dan memilih menjadi warga Negara lain daripada kembali ke negerinya.”

Elvius kehabisan kata-kata.

“Penasehat, kau seharusnya mendukungku kan? Bukannya kau tidak puas melihat kemiskinan, kebodohan, penipuan dan pelanggaran hak asasi dimana-mana. Itu kan yang merupakan aspirasimu saat memintaku menjadi Raja? Bukannya itu yang menjadi tujuan hidupmu? Atau jangan-jangan, Anda sudah lupa, Penasehat?”

Elvius membanting pintu kamarnya. Dia salah mengira kalau Raja Muda itu akan mudah diperdaya. Glenn begitu pintar. Dia mengingat semuanya dan kemanusiannya lebih kuat daripada kematian. Peraturannya benar-benar membuat semuanya bungkam. Harusnya tidak ada masalah, tapi sekarang Glenn malah menyulut api.

“Ini benar-benar gawat,” gumam Elvius mondar-mandir di kamarnya. Kepalanya dari tadi memikirkan cara untuk mengubah pikiran Glenn, namun Glenn memiliki keputusan yang kuat. Dia lebih memilih untuk tetap pada pendiriannya.

“Raja baru itu, harus segera disingkirkan. Cepat atau lambat, keberadaannya akan sangat merepotkan.”

***

Glenn meregangkan tubuhnya. Memeriksa catatan ini memang membosankan. Dia mencabut izin seratus lima puluh orang yang hendak keluar negeri, membatalkan lima ratus barang yang hendak masuk ke Ocepa, memeriksa daftar nama cendikiawan yang masuk dan keluar negeri. Memusingkan. Tapi dia harus memeriksa semuanya, untuk hasil yang lebih baik.

Pintu kantornya terbuka, Jeremy masuk membawakan nampan minuman. Dia meletakan nampan itu, mengisi cangkirnya dan membawakannya pada Glenn.

“Terimakasih.”

Glenn memberikan coretan panjang terhadap satu nama. Jeremy memperhatikan ada banyak sekali nama yang tidak disetujuinya.

“Kau tidak istirahat?” kata Jeremy.

Glenn meneguk tehnya dengan tangannya yang bebas kertas.

“Aku masih sibuk. Pekerjaanku masih banyak.”

Jeremy diam. Dalam beberapa menit dia membuka pembicaraan lagi. Sambil menuangkan teh ke cangkir Glenn, dia berkata, “Kalau kau tidak menerapkan peraturan itu, kau tak akan selelah ini.”

“Tidurlah. Jangan menungguiku,” Glenn membuka lembaran berikutnya. “Aku bisa menuang tehku sendiri. Kau tak perlu khawatir.”

Jeremy diam lagi. Dia tidak beranjak dari tempatnya, kemudian setelah Glenn menyetujui beberapa berkas, dia mengeluarkan pendapatnya, “Apa kau tahu kalau peraturan itu bisa menggantung lehermu sendiri?”

“Aku tahu kau menguatirkan aku tapi aku justru lebih khawatir padamu yang lebih cerewet dari nenek moyangku.”

Jeremy tersenyum. Dia menunduk memberi hormat.

“Kalau begitu, aku permisi, Yang Mulia.”

Ketika Glenn mendengar Jeremy menutup pintu, Glenn mengambil pena bulunya dan memberikan tanda silang besar pada sisa kertas yang dia punya. Dia tersenyum senang lalu menguap.

Well, kurasa aku juga harus tidur.”

***

Aries menatap satu per satu anggota yang akan dia kirim ke istana dalam misi menyelamatkan Raja Joseph dan Jendral Rodius. Berdiri berjajar ada Christian, Alfred, Eldin, dan Steave. Mereka berempat bertugas masuk ke istana sementara Jesse dan Peter akan bertugas mengawasi dari luar. Dengan kemampuan luar biasa, mereka memiliki orang dalam yang memberitahu pintu rahasia untuk masuk ke gerbang istana.

Charlie sudah melukiskan sebuah peta istana atas bantuan Alfred. Setidaknya, dialah yang paling tahu seluk beluk istana luar-dalam walau tipis kemungkinan Raja Joseph ada di Istana Aclopatye. Mengenai istana Aclopatye, rupanya Christian lebih ahli. Dia bahkan mengetahui ada empat belas jalan rahasia keluar istana yang tidak dikawal dan ada empat jalan rahasia memasuki istana. Mereka hanya menguatirkan saat masuk ke penjara bawah tanah.

“Kuharap, kalian bisa menyelesaikan misi ini dengan baik. Aku sudah menyisipkan sepuluh orang di istana yang akan membantu kalian jika kalian dalam masalah dan empat cara pengalih perhatian. Seperti yang sebelumnya sudah kuberitahu dan kita rencanakan dengan matang, kalian harus fokus. Hindari kontak langsung dengan prajurit. Misi ini sangat berbahaya, jadi jaga nyawa kalian. Apa kalian mengerti?”

Mereka mengangguk.

“Kuharap tidak ada dari kalian yang terluka, dan kuharap kalian membawa pulang Raja Joseph dan Jendral Rodius dengan selamat.”

Lagi-lagi mereka mengangguk.

***

Seminggu setelah peraturan itu dibuat, lima belas peringatan dari bangsawan, tiga surat ancaman pengunduran diri dari menteri dan bertumpuk perkamen dari sekolah bangsawan datang ke meja kerja Glenn.

“Anda lihat, Yang Mulia? Jika Anda hari ini tidak mengubah peraturan itu, maka sebentar lagi, Anda akan didemo besar-besaran oleh rakyat Anda.” Elvius menasehati dengan nada cemas.

Glenn mengacak surat itu dan mengambil surat kecil yang ditempeli bunga mawar. “Ah, aku punya penggemar. Lihat ini, Penasehat?” dia membuka surat itu dan membacanya keras-keras pada Penasehat. “Dear, Raja Glenn. Aku merupakan penggemar beratmu. Berkat Anda saya bisa sekolah lagi. Saya sangat menikmati musik. Saya berharap, suatu hari saya dapat memberikan Anda penghiburan melalui musik saya. Dari rakyatmu yang miskin, Odett. Lalu, ada lagi. Halo, Yang Mulia, saya orang miskin yang butuh pengobatan, dapatkah Anda memberikan pengobatan yang murah? Dari Petanimu, Bella. Kupikir aku juga harus membuka kelas kesehatan gratis. Dia sangat baik. Aku jadi punya ide.”

“Yang Mulia,” kata Elvius keras. “Apa Anda tidak tahu kedudukan Anda sedang terancam sekarang? Bagaimana jika ada orang yang menggantikan Anda?”

Glenn masih santai. “Kuharap Raja yang menggantikan aku adalah orang yang lebih baik dari aku. Coba lihat ini, ada tulisan dari anak berusia sepuluh tahun.”

“Yang Mulia—”

Glenn berdiri dari kursi kerjanya. “Penasehat, aku mau minta tolong. Kepada tiga orang menteri yang memberikan surat ini, tolong kabulkan permintaan mereka. Mereka sudah tidak kompeten lagi, aku akan memilih orang untuk menggantikan mereka.”

Elvius menerima tiga surat ancaman pengunduran diri jika Glenn tidak segera mengubah peraturannya. Elvius menatap Glenn keheranan. “Yang Mulia, mereka ini adalah—”

“Orang-orang yang hendak mengundurkan diri. Jadi kabulkan saja permintaan mereka. Katakan pada mereka kalau aku sangat berterimakasih atas kerja keras mereka selama ini, jadi mereka tak perlu khawatir karena akan ada orang baik yang bersedia menggantikan mereka. Jadi katakan saja pada mereka bertiga untuk tenang-tenang saja dan menikmati masa pensiun mereka.”

Elvius menganga. Benarkah kata-kata itu kelur dari mulut Glenn sendiri?

“Ah, dan satu lagi, buat peraturan baru mengenai kebebasan kesehatan bagi orang miskin. Si ibu ini sepertinya begitu membutuhkan kesehatan gratis.”

Dalam seminggu, Glenn membuat sebuah peraturan lagi, membuat posisi kaum bangsawan tercekik dan kaum miskin bersorak. Tiga menteri yang dikabulkan keinginannya untuk mengundurkan diri menciptakan suasana tersendiri. Tidak ada lagi menteri yang membantah mengenai kebijakan Glenn. Walaupun ada yang membantah, tidak ada satupun dari mereka yang bisa melawan kecerdasan Glenn. Semua yang dikatakan Glenn memang sesuai kenyataan. Itu disebabkan karena dia sendiri juga hidup dari kalangan orang miskin.

Sekolah-sekolah tidak lagi melayangkan surat-surat protesan. Mereka tidak berani bicara karena siswa dari kalangan miskin terbukti lebih cerdas daripada yang ada dikalangan bangsawan. Para bangsawan yang begitu malu juga tidak memberikan peringatan lagi. Peraturan itu berjalan sesuai dengan semestinya terjadi.

“Pendapatan Negara meningkat tiga puluh persen dalam sebulan,” Jeremy membuka catatan yang disodorkan Menteri Keuangan. “Kemiskinan menurun sebesar lima koma tujuh persen dan penghasilan per kapita meningkat sejauh lima persen. Ini benar-benar kemajuan yang luar biasa.”

Glenn tidak mendengarkan, dia memberikan coretan besar pada daftar nama keluarga bangsawan yang hendak keluar negeri.

“Apa kau akan terus-terusan mencoret nama mereka yang ingin keluar negeri?”

Glenn meneguk kopinya.

“Mereka tidak memiliki cap dari daerah sebagai penduduk negeri ini, bagaimana mungkin aku memberikan mereka izin keluar negeri?”

Jeremy tersenyum. “Kau memang teliti.”

“Mereka harus mengenal siapa Raja mereka.”

***

Malam itu sama seperti malam-malam lainnya. Jeremy memperbaiki selimut Glenn yang tertidur lelap. Karena begitu lelahnya mengunjungi sekolah-sekolah, Glenn tidur lebih awal. Peraturan barunya membuat dia sibuk, memeriksa sana-sini, menandatangani kertas ini-itu, membantah ini-itu dan bersalaman dengan orang-orang baru. Jeremy mendapati kalau Raja-nya mendapat perhatian dan antusiasme yang begitu besar bagi rakyatnya. Setidaknya seperti itulah cara Jeremy memandang.

Jeremy melangkah perlahan dan menutup pintu kamar Glenn tanpa suara. Dia berjalan cepat, menyusuri koridor gelap. Langit begitu gelap dan berawan dengan angin kencang. Hujan akan turun. Suasana kastil sunyi. Hanya ada beberapa prajurit yang melakukan patroli. Atas perintah Penasehat, penjagaan di istana diperkuat tiga kali lipat sehingga tak seorang pun yang bisa keluar masuk istana sesuka hati, atau mungkin seperti itu yang dia pikirkan.

***

Steave mengangkat lantai batu secara perlahan. Dari ruang bawah tanah, mereka bisa masuk kedalam kastil Acloptye, penemuan baru Christian. Setelah merasa aman, dia memanjat dan membatu yang lain naik ke atas. Mereka merapat ke dinding saat ada enam prajurit berbaris rapi melewati koridor.

“Penjagaan yang benar-benar ketat,” Christian membatin. Biasanya tidak ada orang di kastil Aclopatye. Tapi sekarang kastil itu dijaga ketat. Mereka memakai pakaian serba hitam dengan topeng hitam yang hanya menunjukan mata mereka saja. Sepatu mereka terbuat dari kain sehingga tidak menimbulkan bunyi jika melangkah.

Kaki mereka berlari cepat dan tangan mereka memegang pedang dengan mantap. Seperti bayangan, mereka menghilang di kegelapan, tidak menimbulkan kecurigaan bagi prajurit yang lain.

Steave memberikan tanda. Dua orang prajurit.

Christian merogoh kantongnya dan melempar koin ke ujung ruangan. Koin itu jatuh dengan bunyi yang nyaring.

“Siapa itu?”

Salah seorang prajurit itu bangkit. Dia menggaruk-garuk kepalanya dan menghilang di koridor. Dia melewati Steave yang tidak tampak dan Steave membekab mulutnya, memitingnya dan memukulnya sampai pingsan hanya dalam dua detik. Prajurit yang lain menunggu begitu lama sampai kemudian dia beranjak dan Staave juga menyelesaikannya dengan mudah.

Cepat!

Mereka masuk ke ruangan dalam, menuruni tangga curam berlumut yang gelap. Sama sekali tak ada cahaya disitu.

Tunggu!

Steave mengangkat tangannya, menyuruh berhenti. Dia mendengarkan.

“Aku dengar kalau Glenn mengeluarkan peraturan baru lagi. Rasanya dia lebih baik daripada aku. Mau tidak mau, aku merasa kagum padanya.”

“Dia penguasa.”

“Tapi peraturan yang dia buat membuat rakyat senang.”

“Aku penasaran kenapa dia menginginkan kita tetap hidup padahal Elvius menginginkan kita cepat mati.”

Christian menunjukan jempolnya.

Itu Raja Joseph!

Alfred bergerak. Dia menuju pintu yang tertutup dan mengeluarkan pengait. Dia memegang gembok dan berusaha membuka gembok itu.

“Siapa itu?” Jendral Rodius berteriak.

“Ayah, tenang sedikit. Aku sedang berusaha membebaskan kalian.”

“Alfred?”

“Ssht!”

Jendral Rodius melirik dari balik jeruji dan melihat kerumunan berpakaian hitam yang ada di depan pintu mereka. Mereka membuka topeng mereka masing-masing. Sekali lagi Jendral Rodius kaget ada Christian disisi mereka.

Cklik.

Gembok itu terbuka.

Raja Joseph keluar terlebih dahulu. Dia memeluk Christian, begitu terharu melihat putranya selamat. Eldin yang sedari tadi mengawasi kondisi memberikan kode kalau mereka harus segera pergi. Mengangguk mantap, Raja Joseph mengikuti dari belakang. Sebisa mungkin mereka tidak harus mengeluarkan pedang mereka. Itu akan lebih baik.

Steave mengintip perlahan saat sampai di ujung koridor. Jantung mereka berdegup kencang, ada lebih banyak halangan jika mereka sudah berhasil membawa keluar tahanan dari istana, apalagi karena langkah mereka jadi lebih lambat, mereka juga banyak. Mereka harus sampai ke Aclopatye secepatnya.

“Tahanan Kabur! TAHANAN KABUR!”

Seorang prajurit berteriak. Dia memukul gong di tangannya. Dalam sekejap suasana kastil heboh. Steave memaki, seharusnya dia lebih keras memukul prajurit itu. Prajurit-prajurit segera diberi perintah.

“Tutup gerbang! Periksa istana! Jangan sampai mereka kabur!”

Christian merangkul Raja Joseph dan menariknya masuk ruangan ke balik pintu secepat yang dia bisa sementara yang lain bersembunyi di pilar.

“Aula! Periksa Aula!”

“Tim A! Ke Selatan!”

Jalan!

Christian menarik Raja Joseph. Mereka berselisih jalan dengan prajurit dan menunduk cepat ke balik pagar tanaman saat para prajurit berlari ke kastil Utama.

TRANG

Eldin menangkis anak panah yang menuju ke arah mereka.

“JALAN!” dia berteriak.

Christian kembali menarik Raja Joseph, sedangkan Alfred harus mendorong Ayahnya agar mau melangkah cepat. Stacy menyambar pedangnya dan menangkis penghalang dari depan. Dia benar-benar ahli, dia menghindari semua serangan dan memberikan sabetan yang luar biasa.

“Naik! NAIK!” Christian berteriak.

Jendral Rodius mengambil pedang salah satu prajurit dan ikut melawan. Pertarungan yang heroik, seperti itulah yang terjadi. Suara pedang mereka menimbulkan daya tarik tersendiri. Segerombolan prajurit menuju kearah mereka, menyerang dari berbagai arah.

“Pergi! CEPAT!”

Eldin mengambil alih pertarungan Christian.

“Tunjukan jalannya! Kami akan menyusul!”

Christian berlari mendahului Raja Joseph. Dia melompati meja dan menuruni tangga berbatu. Setelah beberapa meter, dia menemukan lantai tempat mereka tadi masuk. Christian menghentakan kakinya, lantai di bawahnya terbuka.

“Masuk!”

Raja Joseph masuk terlebih dahulu, lalu dikuti Christian.

“ALFRED!” Jendral Rodius berteriak, mengatasi serangan membabi-buta.

“Ayah pergilah duluan!”

“Mana bisa aku meninggalkan anakku sendirian!”

Seseorang berbaju hitam lain menolong dengan cepat. Dia muncul di hadapan Alfred dan menebas tiga musuh Alfred dalam sekali tebas.

“Masuklah!”

“Apa?”

“Masuk, kataku!”

Alfred melompat dan masuk ke lubang. Selanjutnya Eldin menyusul dari belakang. Dia kembali berteriak. “Jendral!”

Steave mencari kemana si Jendral pergi. Jendral Rodius di keroyok prajurit berseragam.

“Pergi, dia akan menyusul!” seseorang menghalanginya.

“Kau siapa?”

“Ini aku, Jeremy!”

Steave mengangguk dan melompat. Dia menghilang dari pandangan.

Jendral Rodius melawan dengan gigih. Pedangnya yang berlumuran darah membuatnya semakin bersemangat.

“Pergi, Jendral!”

“Kau siapa?”

“Aku orang yang setia pada Negara!”

Jendral Rodius menunduk saat pemuda bertopeng itu menusukan pedangnya yang berdesir ke prajurit.

“Aku bisa mengatasi disini! Pergilah!”

“Pergi!”

Pemuda itu mendorong Jendral Rodius masuk kelubang. Hal terakhir yang diingat Jendral Rodius pada saat itu adalah ketika dia mencoba berkutat dan menarik sesuatu dari tubuh laki-laki bertopeng itu. Karena ulahnya itu, laki-laki bertopeng itu terkena sabetan pedang yang mengoyak dadanya. Darahnya sempat memuncrati tangan Jendral Rodius sebelum akhirnya lantai itu tertutup dengan sendirinya.

***

Jeremy berlari cepat, wajahnya berkeringat. Penasehat Elvius mencak-mencak tak jelas mengumpulkan semua orang.

“Mereka kabur! Kedua orang itu berhasil kabur! Jeremy, mana Yang Mulia?”

“Tidur.”

“Tidur? Apa dia tidak mendengarkan keramaian ini?” Elvius tak habis pikir.

“Aku mencampur obat tidur ke makanannya,” kata Erold. “Soalnya belakangan ini dia tidak pernah tidur nyenyak.”

Elvius tak percaya. Dia berjalan cepat menuju kamar Glenn. Dan masuk tanpa permisi. Di atas tempat tidur ada Glenn, posisinya masih sama saat terakhir Jeremy meninggalkannya, tiga jam lalu.

Merasa sia-sia, Elvius keluar dengan wajah berang.

***

Jendral Rodius tidak berkata apapun selama perjalanan. Dari tadi dia diam bagai patung. Peter dan Jesse berulang kali meminta maaf karena tidak bisa menolong mereka. Kuda mereka ditangkap prajurit dan mereka lebih memilih menghindar daripada kelihatan mencolok. Walau hampir gagal, setidaknya misi ini berhasil.

“Untung Jeremy membantu kami,” kata Steave.

“Jeremy? Kau gila? Misinya bersama para menteri, sebagai bahan pengalih perhatian. Jadi dia tak mungkin dekat-dekat istana. Dia bisa dicurigai kalau dia menghilang saat kejadian itu.” Aries membantah cepat.

“Kalau dia bukan Jeremy, lalu siapa?”

Jendral Rodius bangkit. Dia mengulurkan tangannya yang berlumuran darah dan menunjukan bandul emas yang dililit dengan naga perak. Lambang Negara Ocepa.

Alfred berdiri, matanya hampir saja keluar.

“Tidak mungkin… masa Glenn?”

***

0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright ::-- Prince Novel --:: 2009. Powered by Blogger.Wordpress Theme by Ezwpthemes .
Converted To Blogger Template by Anshul Dudeja.