RSS
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Rabu, 13 April 2011

Ocepa Kingdom Eps 18

Delapan belas

Aries lagi-lagi harus menelan kekesalannya ketika melihat Christian saat dia membuka matanya. Pagi-pagi begini, dia harus bertemu dengan wajah yang paling malas dia lihat.

“Selamat pagi, Guru. Aku sudah membuat sarapan,” kata Christian menyiapkan piring ke atas meja. Dia memakai celemek kotak-kotak coklat dan senyumannya merekah. “Aku juga sudah menyiapkan pemandian untukmu. Seperti biasa, kuda kesayanganmu sudah aku mandikan dan bajumu sudah aku cuci.”

“Ya, terimakasih,” kata Aries datar. Dia jengkel melihat keberadaan Christian namun dia tak bisa berkata apa-apa. Makhluk yang satu itu memang keras kepala. Dia tidak mendengarkan semua sindiran dan kata-kata pedas darinya dan lebih memilih untuk tersenyum lebar.

“Aku mau kau pergi dari rumahku,” gerutu Aries.

“Aku tak dengar apa yang kau katakan, Guru,” kata Christian masih tersenyum. “Apa hari ini kau sudah mengubah pikiranmu, Guru?”

“Tidak dan tak akan pernah,” kata Aries kesal. “Apa kau tak bosan menanyakan hal yang sama setiap jam, setiap hari? Ini sudah lebih dari dua bulan.”

“Aku akan berhenti jika aku jadi muridmu, Guru.”

Terdengar ketukan pintu dari depan.

“Buka pintunya,” Aries menyingkirkan selimutnya.

“Baik, Guru.”

Christian berbalik keluar dari kamar Aries, tidak mendengar kutukan dan sumpah serapah yang dilontarkan Aries. Dia akan tetap bertahan sampai tujuannya terwujud. Dia membuka pintu kayu coklat dan mendapati ada seorang laki-laki berambut tebal berwarna kelabu, wajah tampan dan pakaian kecoklatan berdiri disana.

“Kau siapa?” kata laki-laki itu. Itu seharusnya pertanyaan yang diberikan Christian. “Ini benar rumah Ketua Aries Elladora kan?”

“Ya, ini rumahnya. Aku muridnya. Anda siapa?” Christian mengerutkan dahi. Rasanya dia pernah meihat laki-laki di hadapannya ini tapi masalahnya, dia tak ingat kapan bertemu dengannya.

“Murid? Rasanya Ketua Aries tak punya murid,” gumam laki-laki itu. “Aku Jeremy, salah satu orang kepercayaannya. Aku mau melaporkan masalah penting padanya. Jika kau tidak keberatan, boleh aku masuk dan bertemu dengannya?”

Christian memberikan sedikit ruangan dan membiarkan Jeremy masuk. Aries keluar dari kamarnya dan mengerutkan dahi ketika melihat Jeremy. Dia tersenyum beberapa detik kemudian.

“Jeremy?” Aries memeluknya lalu menepuk-nepuk punggungnya. “Lama sekali aku tak melihat wajahmu. Bagaimana kabarmu? Sehat?”

“Seperti itulah, Ketua.”

Aries menoleh pada Christian. “Siapkan minuman untuknya.”

Christian mengangguk. Dalam hati dia begitu penasaran pada Jeremy. Ada sesuatu pada laki-laki itu. Dia tak tahu apa. Dia yakin sekali pernah melihatnya disuatu tempat, baru-baru ini.

“Jadi, ada masalah apa di istana?” Aries bertanya tanpa basa-basi.

Jeremy melihat koridor tempat Christian tadi menghilang.

“Saat ini masih sesuai rencana. Keadaan istana cukup tenang dan tak ada masalah. Mungkin keadaan seperti ini akan bertahan dalam beberapa tahun. Raja Baru begitu mempercayaiku sampai menceritakan semua yang dia pikirkan padaku. Aku adalah orang kepercayaannya saat ini melebihi Elvius. Kupikir kita akan melanjutkan rencana kita mengingat Raja juga berniat melakukan rencana lebih lanjut.” Jeremy berhenti bicara saat Christian masuk membawa gelas berisi teh. “Aku tak sangka kalau Ketua Aries punya murid baru. Kupikir kau tak berniat punya murid.”

Aries mendelik kesal.

“Dia bukan muridku. Dia begitu keras kepala ingin belajar pedang dariku sampai bersedia menjadi babu di rumahku. Dia sangat keras kepala.”

“Aku tak dengar apa yang kau katakan, Guru.” Christian tersenyum.

“Dia selalu bilang itu kalau aku menyindirnya,” gumam Aries.

Jeremy menatap Aries, lalu melirik Christian kemudian tersenyum. “Kau tahu, kalau Ketua Aries bilang tidak, maka dia akan teguh pada pendiriannya. Aku akan disini dalam beberapa waktu, kalau kau berminat, kenapa tidak belajar pedang dariku saja?”

“Jeremy, berapa kali aku harus bilang kalau anak ini sama sekali tak punya bakat,” Aries memotong cepat sebelum Christian memberikan jawaban. “Dia tidak cocok memegang pedang.”

“Dulu juga kau bilang begitu padaku, sampai akhirnya orang itu mengajariku semua jurusmu, iya kan?”

Aries mengerutkan dahi dengan sebal.

“Lakukan sesukamu.” Aries bangkit dari tempatnya. “Aku mau ke markas dulu, melihat perkembangan. Kau ikut?”

Jeremy bangkit, dia tersenyum lagi pada Christian dan mengikuti Aries.

Pertemuan pertama Christian dengan Steave terjadi saat mereka masuk ke desa Medlorld. Waktu itu siang dan matahari bersinar terik. Dia dan pelarian yang lain sedang beristirahat di bawah pohon saat Steave mendatangi mereka dengan pedang di tangan.

“Kalian siapa?” kata Steave. “Pelarian baru?”

Sejak itu, dia sering bertemu dengan Steave. Mereka banyak bercerita. Tidak seperti yang lain—yang lebih mementingkan tempat tinggal, makanan dan hal lainnya—Christian begitu tertarik dengan dunia Steave. Akhirnya dia tahu kalau Steave adalak komplotan pemberontak yang sebelumnya tidak senang dengan pemerintahan Raja Joseph. Namun akhirnya kelompok itu tidak menyalahkan Raja Joseph karena masalah sebenarnya terpusat pada bawahannya yang tidak melaksanakan titah Raja. Intinya, mereka membenci pemerintahan, bukan Raja Joseph.

Dari Steave, Christian tahu beberapa teman mereka yang terlatih. Dia banyak melatih diri bersama mereka dan mereka mengajarinya cara memakai pedang. Walau tidak mahir, setidaknya sudah membantu dia sedikit. Dia sering berlatih bersama kelompok itu dan kemampuan berpedangnya meningkat pesat. Otot dan pikirannya terasah.

Dari kesempatan-kesempatan itu, dia bertemu dengan Aries. Dari salah seorang teman-temannya, dia mengetahui kalau Aries hanya menerima satu orang murid dan Christian mendapati kalau itu adalah Glenn. Walau tidak mengerti kenapa Aries masih menjadi ketua komplotan anti-pemerintah itu dan menentang muridnya, mereka toh masih mengikut Aries.

“Kami cuma menunggu perintah. Jika pemerintahan sekarang baik-baik saja, kami akan membiarkan Glenn berkuasa, tapi jika tidak, maka kami akan bertindak.”

Christian mengetahui kalau mereka tidak memihak siapapun. Sejak saat itu Christian memutuskan untuk menjadi muridnya, berusaha sekuat tenaga agar dilihat oleh Aries. Namun kelihatannya sia-sia. Aries sama sekali tidak meliriknya. Tidak sedikitpun.

“Cara menusukmu masih kurang tajam,” Jeremy berkomentar.

Christian menghentikan gerakannya dan menoleh pada Jeremy yang menontonnya latihan pedang seorang diri.

“Kau harus memegang pedangmu dengan mantap, seperti ini. Lihat?” Jeremy mengeluarkan pedangnya dari sarung dan melakukan gerakan tusukan dengan suara berdesing. Christian terkesima. Gerakan itu seperti gerakan Glenn.

Christian meniru.

“Ck ck ck,” Jeremy menggeleng. “Salah. Lebih tegas lagi.”

Christian mengulang lagi. Kali ini dengan kekuatan penuh.

“Jangan terburu-buru. Pelan tapi pasti,” Jeremy mengulang gerakan lagi. “Lihat? Kau akan merasa lebih ringan. Aku belajar gerakan ini dari Glenn.”

Christian mematung. “Eh?”

“Aku belajar pedang dari Glenn, Raja Ocepa sekarang. Kau mengenalnya kan?” Jeremy tersenyum lagi. “Aku tak diangkat oleh Aries menjadi muridnya karena dia sudah memilih Glenn. Aku kesal. Tapi Glenn mengajarkan semuanya padaku. Setelah dia mahir dengan satu gerakan tertentu, dia menunjukannya padaku dan aku menirunya. Dia guruku waktu itu.”

Mengingat Glenn membuat Christian menelan ludah.

“Oh…”

“Kau tahu tidak apa pekerjaanku?”

Christian mengerutkan dahi. “Rasanya aku pernah bertemu denganmu.”

“Aku ini Kesatria Raja Ocepa,” kata Jeremy lagi.

Christian melotot. Akhirnya dia mengingat Jeremy. Dia ada disamping kereta kuda Glenn pada saat hari pengangkatannya menjadi Raja. Pantas saja dia tidak mengenali Jeremy, itu karena Jeremy memotong rambutnya.

“Aku ini mata-mata untuk istana. Agen ganda yang saat ini dipercaya oleh Raja. Kau pasti mengerti maksudku kan?”

Christian meneguk ludah.

“Aku mengawasi semua gerak-gerik Glenn dan melaporkan setiap tindakannya pada Ketua Aries. Jika dia lengah, maka kami akan menyerbu istana. Sejujurnya kami merasa kalau Raja Joseph lebih pantas menjadi Raja. Kami sedang mencari kesempatan untuk itu. Apa kau mau bergabung?”

***

“Apa?”

Willy mengerutkan dahinya saat Christian menceritakan apa yang dia alami. Dia begitu kaget melihat kedatangan Christian yang tiba-tiba dan begitu kaget lagi saat dia membawa kabar aneh.

“Kau ini sakit atau bagaimana?” kata Willy lagi. “Kau tak pulang selama setengah tahun dan tidak memberi kabar. Lalu kau pulang, bercerita kalau kau masuk ke kelompok pemberontak dan hendak merekrut kami. Kau sudah gila? Kau tak takut mati? Siapa orang aneh yang menawarkanmu pekerjaan ini?”

“Jeremy, Kesatria kepercayaan Glenn.”

“Dan kau percaya semua yang dia katakan?” Willy benar-benar tak percaya apa yang merasuki Christian. “Coba kau pikirkan baik-baik. Mana ada orang yang bersedia mengorbankan dirinya untuk mati demi seseorang.”

Christian menghela napas.

“Aku sudah masuk kelompok itu dan aku sudah mengenal beberapa orang penting yang berkuasa di istana. Kebanyakan dari mereka gampang untuk disuap,” Christian tidak mendengarkan. “Kabar dari istana membuktikan kalau Glenn tidak melakukan apa-apa. Dia hanya duduk diam seperti patung, ke luar negeri, bersenang-senang dan minum anggur—”

Willy menggebrak meja.

“Glenn tidak seperti itu! Dia tidak minum anggur!”

“Kekuasaan akan membuat orang berubah juga,” kata Alfred.

“Sudah kubilang Glenn tidak seperti itu!” Willy berteriak marah. “Aku memercayai Glenn. Aku yakin dia punya alasan untuk melakukan ini.”

“Kenapa kau begitu yakin, Willy?” Louis terheran melihat tingkah adiknya yang satu ini. “Dia jelas-jelas sudah berkhianat.”

“Kalau begitu, coba pikirkan kenapa kalian bisa hidup sampai sekarang!” Willy berteriak jengkel. “Kalau dia ingin kekuasaan, dia tak akan membiarkan kita hidup sampai detik ini supaya tidak ada lagi yang bisa merebut tahtanya!”

Christian menghela napas.

“Aku juga berpikir seperti itu, makanya aku memilih untuk masuk kelompok itu. Ada sesuatu di istana yang sedang dirahasiakan,” Christian melipat tangan. “Jeremy juga bilang kalau Glenn memperlakukan Raja Joseph dan Jendral Rodius dengan baik, jadi kupikir ini pasti ada apa-apanya.”

“Ada yang tidak beres di istana,” Louis menopang dagunya. “Kalau dipikir-pikir, ini memang ganjil. Sepertinya permasalahan di istana bukan antara Dominic dan Denmian saja. Pasti ada sesuatu.”

“Jeremy sedang berusaha mencari tahu apa yang terjadi. Namun katanya lebih baik kita menyiapkan pasukan yang banyak jika ada hal tak terduga.” Christian menyipitkan matanya. “Siapa tahu akan ada penyerangan dadakan.”

Diskusi mereka pada malam itu berakhir dengan sebuah keputusan bahwa mereka semua ikut menjadi anggota kelompok itu. Keesokan harinya, Christian membawa mereka pada Aries. Aries tampak tak senang.

“Membawa semua keturunan Denmian ke kelompok ini. Nanti kita dikira pembela Denmian karena Dominic sedang berkuasa,” sindir Aries ketika melirik Louis. “Apa mereka bisa membawa pedang?”

“Mereka terlatih, Guru,” kata Christian.

“Jangan panggil aku Guru,” timpal Aries. “Gurumu itu Jeremy, bukan aku.”

Mereka mengetahui kinerja kelompok itu disela-sela pekerjaan rutin mereka. Kelompok yang benar-benar sangat rahasia. Mereka memiliki anggota di seluruh Ocepa, yang tidak puas dengan pemerintahan dan menunggu keputusan Aries sebagai pemimpin utama. Mereka terdiri dari berbagai profesi dan mudah berbaur dengan banyak orang.

Louis akhirnya ditempatkan pada strategi perencanaan, menjadi Kapten Strategi. Ide-idenya merekrut anggota dan kepandaian berbicaranya, membuat dia mendapat perhatian lebih dan dihormati bahkan oleh orang yang lebih tua darinya. Willy berbeda, dia bertugas lapangan, sebagai preman. Perannya memang menyedihkan, tapi tak ada yang bisa melawannya berbicara dan berpedang karena itu dia menjadi Ketua Kelompok Jalanan. Charlie lebih kearah penasehat. Dia menjadi konsultan antara kelompok dan orang-orang berpengaruh. Jelas sekali kemampuannya berbicara dengan orang yang lebih tua menjadi keterampilan tersendiri. Christian lain lagi, dia bekerja bersama dengan teman-temannya, bertaruh dan melatih kemampuannya berpedang.

Sekali dalam sebulan, Jeremy datang memberikan laporan dan beberapa hari kemudian dia kembali. Kabarnya dia selalu bisa memberikan alasan-alasan tertentu pada Glenn dan dia selalu percaya. Semakin lama, kabar yang diterima oleh mereka semakin buruk saja, seakan-akan pemerintahan Glenn sangat buruk. Pajak menaik, mencekik rakyat miskin. Pendidikan hanya untuk kalangan atas. Petani semakin miskin dan pedagang semakin kaya raya.

“Kemampuan berpedangmu semakin bagus,” kata Jeremy memuji kemampuan Christian. “Kau sudah berlatih selama hampir dua tahun. Kau benar-benar berlatih keras. Aku merasa bangga melatihmu.”

“Aku ingin ikut pada misi berikutnya. Bagaimana menurutmu?”

Jeremy tidak suka jika Christian bertanya begini. “Walau aku larang, kau toh ikut juga, iya kan?”

Christian nyengir lebar.

“Andai saja Glenn bisa tersenyum sepertimu,” kata Jeremy. “Kau tahu, selama di istana, dia selalu memasang tampang seram, tanpa ekspresi. Kadang aku tak mengerti apa yang dia pikirkan.”

Christian memilih untuk tidak mendengarkan. “Aku akan melawannya, jika aku punya kesempatan.”

“Kau tak akan pernah bisa melawannya. Ketua Aries saja tak pernah menang melawannya,” kata Jeremy tersenyum kecil. Lalu dia cepat-cepat mengubah pembicaraan. “Lalu, kapan rencana akan dilaksanakan?”

“Mungkin akhir bulan ini. Kau akan dimana saat malam itu tiba?”

“Disamping Raja, mengawasi dia tidur. Pekerjaanku sangat membosankan, iya kan?”

Christian tersenyum. “Sangat membosankan.”

***

Glenn membidik papan yang ada di seberang lapangan berumput. Matanya menyipit tajam dan kemudian dia melepas anak panahnya. Anak panah itu terbang, meluncur tajam dan menancap tepat ke garis tengah sasaran.

“Bravo, Yang Mulia! Bravo!” Erold bertepuk tangan kegirangan. “Padahal Anda baru belajar panahan selama dua bulan tapi sudah bisa membidik setepat itu. Anda pastilah memiliki bakat alam!”

Elvius mengangkat tangannya, menyuruh Eorld diam. Menteri-menteri baru yang diangkat Glenn kebanyakan sudah mabuk dengan anggur dan pesta pora. Mereka selalu mengiyakan apa kata Glenn dan tidak pernah melakukan apapun. Bidikan Glenn membuat mereka bertepuk tangan dengan sopan.

Glenn mengangkat tangannya, menyuruh tepukan tangan itu berhenti. Jeremy menerima busur dari tangan Glenn. Mata Glenn menelusuri barisan menteri yang hari ini berkumpul cuma untuk melihatnya bermain panahan. Puteri-puteri mereka mendampingi mereka, cekikikan tak jelas. Tampaknya orang tua mereka berusaha sekuat tenaga untuk menjodohkan mereka dengan Glenn.

Pemilihan permaisuri, Glenn selalu diperingatkan oleh Elvius mengenai masalah ini. Calon Ratu, kandidat kuat untuk kekuasaan Glenn. Dan seperti yang sudah dikatakan Glenn berulang-ulang, dia lebih ingin menyendiri saat ini. Dia sedikit jengkel saat Elvius merancangkan acara kencan untuknya. Hasilnya tidak baik, Glenn selalu membuat menangis para Puteri itu. Mungkin itu sebabnya ada banyak kabar kalau dia dikatai playboy.

“Hari ini, aku akan membuat sebuah peraturan baru.”

Elvius kaget. Ini pertama kalinya dia mendengar berita ini. Biasanya Glenn selalu mendiskusikan semua masalah padanya. Tapi kali ini—apa yang terjadi.

“Sebagai Raja Ocepa, aku berhak membuat peraturan bagi rakyatku kan? Kalau aku tidak membuat peraturan, maka aku akan dianggap tak pernah ada oleh mereka.”

Elvius tak bisa berkata-kata.

“Hari ini aku memutuskan untuk menetapkan pajak kaum atas sebesar dua puluh persen penghasilan, pajak kaum menengah sebesar sepuluh persen penghasilan dan pajak kaum bawah sebesar empat persen penghasilan.”

Perkataannya barusan membuat kaum bangsawan heboh. Mereka berbisik dan ruangan itu menjadi berdengung.

“Hari ini aku juga memutuskan untuk membuka seluruh sekolah di negeri ini bagi semua golongan. Setiap sekolah dilarang meminta pungutan biaya dari golongan bawah yang hendak sekolah. Tidak boleh ada perbedaan di negeri ini.”

Dengungan semakin keras. Para menteri kelihatan semakin tidak tenang.

“Kemudian, para pedagang dari luar negeri, dilarang memasok barang ke dalam negeri begitu juga dengan para pedagang yang memasok barang dari dalam negeri ke luar negeri tanpa izin dan tanda tangan dariku. Jika ada pedagang yang hendak memasok barang, dikenakan bea cukai sebesar sepuluh persen dari total pembayaran, dan jika ada yang melanggar, akan kuberikan hukuman yang berat. Hal ini juga berlaku bagi penduduk luar negeri yang masuk Ocepa dan penduduk dalam negeri yang keluar Ocepa.”

Elvius menganga. Bagaimana mungkin dia bisa memikirkan kebijakan seperti itu?

“Dan terakhir, tidak boleh ada satu orang pun yang keluar masuk Ocepa dan gerbang perbatasan tanpa izin dan tanda tangan dariku.”

Glenn berbicara tanpa ekspresi dan menatap lurus ke depan.

“Jika para menteri tidak menetapkan keputusanku, maka seluruh keluarganya akan berurusan denganku. Dan jika ada Menteri yang tidak setuju tentang keputusanku ini, silakan mengundurkan diri karena aku akan memberikan seribu alasan masuk akal kenapa aku melakukannya. Bila ada orang yang melanggar peraturan ini, maka dia dihukum bekerja atas nama Raja.”

Ruangan itu menjadi sunyi. Tidak ada yang bisa membantah.

Glenn tersenyum.

Apa… yang dipikirkan Raja Muda ini?

***

0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright ::-- Prince Novel --:: 2009. Powered by Blogger.Wordpress Theme by Ezwpthemes .
Converted To Blogger Template by Anshul Dudeja.