RSS
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Jumat, 28 Januari 2011

Ocepa Kingdom Eps 6

Enam

Malam itu, untuk pertama kalinya Glenn tidur di kamar yang dihadiahkan Raja padanya. Baginya kamar itu terlalu besar bahkan jika dia memasukan seluruh isi rumahnya. Dia tak bisa memejamkan mata dan punggungnya terasa aneh ketika mendarat ke tumpukan kain lembut di atas tempat tidurnya. Berulang kali dia mengambil posisi yang nyaman tapi hal itu justru membuatnya frustasi. Pikirannya sekarang ada pada Aleph. Apa yang dilakukan orang tua itu jika tahu kalau Glenn ada disini?

Glenn menarik selimutnya tepat saat telinganya yang tajam mendengar suara kelontangan di suatu tempat. Suara itu bergema. Glenn terduduk dan menyingkirkan selimutnya. Dengan cepat dia memakai kembali rompinya dan dengan perlahan membuka pintu kamarnya yang berderit. Dalam hati dia bertanya-tanya darimana asal suara itu berada.

Glenn berlari cepat tanpa suara. Telinganya siap menangkap suara sekecil apapun dan matanya bisa membaca gerakan yang cepat. Saat ini langit gelap tanpa bulan, justru kelihatan awan hitam di atas sana. Kali ini dia mendengar suara lagi, suara langkah kaki. Mungkin orang biasa tidak terlalu bisa mendengarnya, namun tidak bagi Glenn. Sudah lebih dari lima tahun dia tinggal di hutan, dididik oleh seorang ahli pedang ternama dan seluruh inderanya sudah dipersiapkan untuk menangkap segala hal dalam ukuran kecil sekalipun.

Glenn merapat ke dinding dan mendengar lagi lebih teliti. Suaranya berasal dari kamar Pangeran Louis. Apa Pangeran Sulung itu belum tidur? Glenn menelengkan kepalanya dan mendekatkan telinganya ke pintu besar yang menutup kamar sang Pangeran.

Tidak terdengar apa-apa. Mungkin asalnya bukan dari kamar Pangeran Louis atau Glenn yang mungkin saja merasa dia mendengar sesuatu karena tidak ingin tidur.

DUK.

Kali ini Glenn tak mungkin salah dengar. Itu suara dari dalam kamar sang Pangeran. Kalihatannya ada sesuatu yang menghantam tempat tidur karena suaranya terendam. Glenn membuka pintu sedikit dan mengintip. Disana hanya ada kegelapan, namun Glenn dapat melihat dengan jelas bahwa ada bayangan gelap yang bergumul.

Seseorang sepertinya berusaha menjejalkan sesuatu kepada si Pangeran, yang berkutat melepaskan diri. Tanpa banyak basa-basi lagi, Glenn segera beranjak dari tempatnya dan berseru dengan suara yang bisa membangunkan satu kastil.

“Apa yang kau lakukan pada Pangeran?”

Bayangan itu sempat terdiam. Glenn melihat Pangeran Louis yang tampak ketakutan, wajahnya diliputi kengerian. Dan sebelum Glenn bersiap-siap, orang tersebut sudah melompat dari tempat tidur dan kabur dari jendela. Glenn sebenarnya ingin mengejarnya, namun ketika dia melihat kondisi Pangeran Louis yang melemah, Glenn segera memeriksanya.

“Pangeran, Pangeran! Anda tidak apa-apa?”

“Glenn…”

Glenn merasakan ada bau yang berbeda dari tubuhnya dan terkejut ketika napas Pangeran Louis mulai terputus-putus. Jantung Glenn seakan berhenti berdetak, tanpa berpikir lagi, dia sudah menggendong Pangeran Louis di punggungnya dan berlari kencang.

“Ada apa? Siapa yang berteriak?”

“Tadi aku mendengar—”

Satu per satu penghuni istana terbangun dan mereka dikejutkan oleh Glenn yang berlari terburu-buru membawa Pangeran Louis keluar dari istana.

“Ada apa?”

“Apa yang terjadi?”

Glenn melewati prajurit dan dayang yang menunjuk-nujuknya. Dia berlari menuju taman. Kalau dia tak salah lihat ingat ada daun teh yang ditanam di istana. Dan kalau tidak salah ada di dekat air mancur.

Glenn segera menemukannya. Dia menidurkan Pangeran Louis yang wajahnya mulai membiru di rerumputan yang dingin dan beranjak mencabuti pucuk daun teh yang masih muda dengan terburu-buru. Tangannya gemetaran ketika meremas dedaunan itu.

Dalam sekejap, beberapa prajurit sudah mengelilinginya dan masing-masing dari mereka menyiagakan tombak mereka pada Glenn.

“Saat ini aku tak punya waktu untuk main-main,” gerutu Glenn menerobos prajurit. Dia berlutut disamping Pangeran Louis yang sekarang justru dalam kondisi kritis. “Ayolah, Pangeran, bernapas.” Glenn menteskan remasan daun teh ditangannya ke mulut sang Pangeran. “Ambilkan air.”

“Apa?” salah seorang prajurit terbengong-bengong.

“Ambilkan air! Cepat!” bentak Glenn kesal.

“I, iya.”

Salah seorang dari mereka meninggalkan kerumunan. Glenn memeriksa denyutan nadi Pangeran Louis yang melemah. Obatnya belum bekerja, batinnya. Dia butuh air, secepatnya. Glenn melihat air mancur dan segera beranjak. Kemudian dia melepaskan rompinya dan mencelupkannya ke dalam air mancur. Saat ini dia tak bisa berpikir dengan jernih, dia butuh tindakan cepat.

“Pangeran, minumlah sedikit,” Glenn membuka mulut Pangeran Louis dan meremas rompinya yang basah. Air dari rompinya menetes deras dan masuk dengan cepat. Pangeran Louis terbatuk beberapa saat.

“Pangeran, sedikit lagi. Keluarkan racunnya,” kata Glenn. Tangannya bergetar ketika menopang punggung Pangeran Louis. “Muntahkan racunnya.” Perintah Glenn menepuk-nepuk punggung Pangeran Louis. “Muntahkan, kalau tidak kau bisa mati.”

Pangeran Louis terbatuk-batuk. Pernapasannya serasa tercekik, ada sesuatu yang membengkak dalam tenggorokannya dan harus segera dikeluarkan. Glenn menepuk punggungnya lagi dan saat itu pula, dia memuntahkan sesuatu.

“Bagus, Pangeran, seperti itu,” kata Glenn menepuk punggung Pangeran Louis yang melemah. Darah yang menggumpal karena racun itu berhasil dikeluarkan. Kalau saja tadi Glenn tidak segera menemukan daun teh, mungkin darah dalam tubuh Pangeran Louis akan jadi seperti itu.

“Ada apa ini? Oh, ya, Tuhan!” Raja Joseph berlari dengan wajah berkeringat ketika melihat Pangeran Louis terbatuk-batuk dan darah keluar dari mulutnya. Pangeran Charlie segera menyusul, wajahnya pucat.

“Tabib Glenn, Louis, dia—”

“Anda jangan khawatir, Yang Mulia,” Glenn meletakan kepala Pangeran Louis yang terkulai lemah ke dadanya. “Racunnya berhasil dinetralkan. Ada yang berusaha membunuh Putra Anda.”

“Tapi dia?”

“Dia tidak apa-apa. Hanya sedikit kelelahan dan trauma. Saya rasa Anda harus memberi ksatria khusus untuknya, bagi keamanannya, Yang Mulia,” kata Glenn tenang. “Saya rasa lebih baik Anda istirahat dulu, Yang Mulia. Besok saya akan menceritakan masa—” Glenn terdiam. Matanya menyipit tajam. Dia baru saja melihat ada bayangan di antara pohon cemara.

“Ada apa?” kata Pangeran Charlie.

“Seisi istana bangun, tentu saja dia tak akan mudah kabur,” gumam Glenn. Dia kembali meletakan Pangeran Louis untuk tidur di rerumputan kemudian dia mengambil pedang salah satu prajurit.

“Tabib Glenn?”

“Saya menemukan orang yang menyerang Pangeran, Yang Mulia. Anda tunggu disini,” kata Glenn. Dia berjalan dengan perlahan menuju ke salah satu pohon cemara dan menangkis serangan cepat dari pelaku yang bersembunyi.

Suara hantaman pedang terdengar seru.

Glenn menangkis dengan mudah. Gerakan amatir, sama sekali tidak berkepribadian. Glenn melompat ke sisi tembok ketika orang tersebut hendak menghunusnya. Glenn kembali memainkan pedangnya, matanya berlum terbiasa pada pelaku berpakaian hitam ini, jadi dia butuh adaptasi.

“Menyerah saja! Kau tak mungkin kabur,” kata Glenn. Dia menyerang dengan cepat kemudian melompat menghindari serangan lawan. Glenn melihatnya mengeluarkan sesuatu dari punggungnya kemudian melempar serbuk itu padanya.

Glenn cepat-cepat menghindar. Dia menunduk dan menyerang, menghunuskan pedangnya ke tangan si pelaku bertopeng. Dengan cepat, Glenn mengambil alih kekuasan, pedang miliknya terlempar ke atas dan menancap ke tanah beberapa detik kemudian.

Si pelaku tak bisa bergerak ketika Glenn menodongnya dengan ujung pisaunya.

“Hebat,” gumam Pangeran Charlie takjub.

***

Kejadian malam itu segera menyebar ke seluruh penjuru negeri dengan berbagai versi, tentu saja. Salah satunya, ada Pemuda yang mencoba membunuh Pangeran atau usaha penyelamatan dan tindakan gigih prajurit dalam menghadapi kejadian tragis atau malah cerita yang lebih parah lagi kalau Pangeran Louis sudah mati kehabisan darah. Namun cerita yang pasti adalah kalau orang yang menyerang si Pangeran sudah tertangkap dan sekarang sedang diadili oleh pihak yang berwajib.

Dia mengaku sebagai salah satu pemberontak yang tak puas dengan pemerintahan Raja Joseph dan siap mati demi menggulingkan Raja Joseph dari singgasananya. Awalnya dia mengaku kalau dia mengincar Pangeran Charlie namun dia salah masuk kamar. Dia mengira kalau Pangeran Louis adalah Pangeran Charlie, jadi bisa dikatakan kalau waktu itu Pangeran Louis sedang sial.

Raja Joseph tampak berang ketika mendengar pengakuannya dan memerintahkan untuk menangkap semua pemberontak, hidup atau mati. Baginya ini sudah kelewatan. Dia marah besar karena sampai saat ini, pihak keamanan sama sekali belum mengambil tindakan apapun. Untuk masalah kali ini, dia marah besar pada Jendral Rodius.

“Tenanglah, Sahabat. Aku sudah mencari tahu tentang kelompok pemberontak ini dan menangkap separuh dari pelakunya. Hanya saja saat ini kami sama sekali belum bisa menemukan siapa otak dari masalah ini. Aku minta kau bersabar.” Kata Jendral Rodius dengan nada bersalah.

Raja Joseph memukul meja.

“Aku tak bisa tidur dengan tenang kalau para pemberontak itu selalu mengincar anak-anakku. Hari ini Louis, tapi lain kali dia akan mengincar Charlie. Sekarang aku malah mencemaskan Willy yang tinggal jauh di Selatan. Penjagaan disana tidak sekuat disini. Bahkan penjagaan disini saja berhasil menyerang Louis, apa jadinya dengan Willy yang sendirian di Selatan?”

Jendral Rodius menghela napas. “Pangeran Willy pasti akan baik-baik saja.”

“Anak itu sombongnya tidak ketulungan!” kata Raja Joseph lagi. “Banyak yang membencinya. Dia itu sasaran empuk!”

“Namun Pangeran Willy adalah ahli pedang.”

“Tetap saja dia tidak seahli Alfred!” Raja Joseph hari ini sepertinya tidak bisa dibantah. Jendral Rodius mengakui kalau Raja Joseph sedang gundah dan saat ini tak ada satupun kata-kata yang bisa menenangkannya. “Untung saja saat itu ada Tabib Glenn kalau tidak Louis pasti sudah mati.”

“Ya, Tabib Glenn memang ksatria hebat.”

Raja Joseph menatap Jendral Rodius dalam beberapa detik. “Kau bilang apa barusan? Tabib Glenn seorang Ksatria?”

“Belumkah aku memberitahumu, Sahabatku?” Jendral Rodius berakting seolah-olah dia melupakan sesuatu yang penting. “Tabib Glenn terkenal sebagai salah satu orang yang mengusir perompak di daerah perbatasan di desa Cylocs. Tak ada satupun orang yang bisa mengalahkan kepandaiannya dalam memainkan pedang.”

“Benarkah?” Raja Joseph menggosok-gosok dagunya. Dia kembali teringat perkataan Glenn kemarin malam.

Saya rasa Anda harus memberi prajurit ksatria khusus untuknya, bagi keamanannya, Yang Mulia

“Charlie sudah punya Alfred sebagai Kstaria tangguhnya. Sejak awal Charlie sudah meminta Alfred untuknya. Kurasa tak ada salahnya memberikan Louis seorang Ksatria. Seorang Ksatria tangguh yang bisa kupercayai dan tangkas. Kenapa tidak?” Raja Joseph berbicara kepada dirinya sendiri. “Bukankah begitu, Sahabat?”

Jendral Rodius tersenyum kecil. “Tentu saja, Yang Mulia. Itu merupakan pertimbangan terbaik.”

“Ya, benar. Tabib Glenn bisa menjadi ksatria Louis. Tabib Glenn cekatan, cerdas dan luar biasa, sangat cocok bagi Louis. Lagipula aku mempercayainya, aku sudah menyukai Anak Muda itu sejak pertemuan pertama. Louis juga kelihatan nyaman padanya. Ya, itu baik sekali. Louis dan Glenn.”

Jendral Rodius tersenyum senang. Ini diluar dugaannya, tapi rencananya berhasil sekarang. Tabib Glenn tidak mungkin menolak permintaan Raja.

***

0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright ::-- Prince Novel --:: 2009. Powered by Blogger.Wordpress Theme by Ezwpthemes .
Converted To Blogger Template by Anshul Dudeja.