RSS
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Jumat, 20 Februari 2009

Ly, Yu, Di, Selamat tinggal Sahabat Eps 1

written: Prince Novel


Ly, Yu, Di

Selamat Tinggal Sahabat


1.

Disaat Aku Membutuhkanmu

“Langitnya berawan, anginnya juga tidak bagus, bisa bahaya kalau hujan turun. Apalagi di daerah tak dikenal seperti ini”, gumam anak laki-laki berusia lima belas tahun. Matanya menatap kearah langit yang cerah berawan, burung layang-layang terbang dengan sangat berisik. Air laut pun terlihat sedikit berombak, beberapa kapal nelayan kelihatan bergerak melawan arah angin.

“Mustahil bisa dapat ikan dalam kondisi seperti ini”, gumamnya lagi.

“Takut, nih”, kata anak yang lain, usianya tidak jauh beda dengan anak itu.

“Kau siapa?” tanya anak itu.

“Aku Joe Manasye, salah satu dari peserta Lomba Pemancing Junior Tingkat Internasional”, katanya “Kau siapa?”

“Youriou Schaeffer, sama sepertimu”, kata anak itu, dia memakai topinya, dia mengambil alat pancingnya.

“Bagaimana kalau kita taruhan? Aku pasti akan memenangkan pertandingan ini”, kata Joe dengan sombongnya sambil tersenyum.

“Sayang sekali”, kata Yoriou “Aku tidak berminat, aku datang ke Los Angles ini bukan hanya untuk bertanding, tapi juga memuaskan nafsuku dan menyalurkan hobi memancingku. Sudah, ya, sebaiknya kau jangan menggangguku, aku tidak bisa konsentrasi memancing kalau ada yang berisik”

Youriou naik ke atas kapal putih yang telah disediakan untuknya, sementara anak bernama Dista itu naik kapal yang lain dan pergi kearah yang berlawanan.

“Oke, kita kearah utara. Harap hati-hati dalam mengemudi, soalnya bisa jadi akan ada badai. Aku tak ingin kehilangan kesempatan sedikitpun dalam menangkap ikan”, kata Youriou pada pengemudi kapal yang hanya mengangguk saja.

Youriou masuk ke dalam badan kapal dan mengambil peralatan memancingnya, lalu mengambil umpan yang cukup besar. Setelah kapal mereka berada di tengah-tengah laut, kapal mereka berhenti dengan sedikit goncangan dari gelombang laut.

“Benar-benar bukan kondisi baik untuk memancing”, kata Youriou tampak tak puas. Dia duduk kepinggir badan kapal dan melemparkan pancingannya dengan sekali lempar dan mencapai kejauhan yang cukup jauh. Setelah melakukan itu, dia membuka kemejanya—hari ini panas sekali—dan langsung terlihat kulit putihnya itu.

Dia duduk beberapa lama disitu, tanpa gerakan sedikitpun—mematung. Soalnya jika dia bergerak, ada kemungkinan ikan-ikan tidak akan mau memakan kailnya. Tak lama kemudian, umpannya bergerak-gerak, dia langsung bereaksi.

“Ikan besar”, gumamnya dengan bangga. Dia sudah lama melakukan riset dan sedikit penyelidikan tentang wilayah kalautan ini karena dia sama sekali tak ingin kehilangan kesempatan untuk menang—soalnya dia tak pernah kalah untuk hal memancing.

Youriou menangkap pancingannya tepat saat pancingannya hampir jatuh ke laut, perlahan-lahan dia memutar roda pancingannya, tapi kalihatannya sang ikan sama sekali tak ingin ‘dibujuk’. Harus pakai cara keras.

Youriou menarik kailnya dengan cepat dna tepat sekali dugaannya, tenaga ikan yang dia tangkap benar-benar sangat besar, sama sekali susah ditarik.

“Ayolah, tunjukkan wujudmu”, gumam Youriou sambil terus berusaha menarik tangkapannya “Jangan takut, aku tak akan menyakitimu”

Seekor ikan layang-layang besar melompat ke atas permukaan laut. Terdengar gumaman kagum dari beberapa orang di kapal.

“Itu ikan yang besar, Yu!”

Semangatnya langsung naik, mangsa besar memang butuh perjuangan yang besar juga! Yu menarik lagi, kali ini dengan cepat dan memaksa. Setelah itu, dia menarik pancingannya keatas, tepat saat ikan layang-layang yang dia tangkap melompat.

“Whoa!!!”

“Apa yang kalian tunggu? Ambilkan jaring! Ini mangsa yang besar!” teriak Youriou, orang-orang dalam kapalnya segera mengambil jaring besar dan berusaha menagkap ikan layang-layang yang didapatkan Youriou.

Ikan layang-layang itu berhasil ditangkap, beberapa kali ikan itu menggelepar di atas kapal, memuncratkan air laut yang asin. Youriou meninju udara dengan senang. Kepuasan karena telah berhasil menangkap ikan saat memancing, merupakan satu-satunya kesenangan tersendiri bagi Youriou.

***

“Perlombaan Memancing Junior Tingkat Internasional yang diselenggarakan di Los Angles pada tanggal dua puluh lima Juni dimenangkan oleh Youriou Schaffer dari Indonesia dengan ikan tangkapan berupa Ikan Layang-layang berukuran dua meter sepuluh inchi tiga belas senti di peringkat pertama. Hm… jadi kau menang lagi, ya? Aku nggak kaget, sih, soalnya kau selalu memenangkan lomba memancing jenis apapun kan? Jadi tidak ada selamat untukmu, hal ini sudah biasa”, kata anak laki-laki berambut hitam kecoklatan dengan mata tajam dan raut wajah serius, dia menutup koran yang baru dia baca dengan bosan.

“Huh, kau sendiri tak bisa dibanggakan soal apapun kan, Di?” gerutu Yu, saat sahabat didepannya itu cuma pasang tampang biasa. Tidak bisa, ya kalau dia sedikit saja bikin Yu sedikit senang?

“Siapa bilang? Aku jago Matematika, Fisika, Bahasa Inggris, Kimia, Komputer dan Bahasa Jerman. Apa yang kurang dari diriku? Lagipula, aku ini cukup tampan dan disenangi cewek-cewek”, kata Di, agak sedikit menyombongkan diri, agar membuat Yu bete sedikit, hehe…

“Sejak hari perpisahan kelas tiga SMP kau jadi agak sedikit besar kepala, ya?” gerutu Yu, kesal. Dia memang tak bisa menyangkal, Dirta Pffendasck, alias Di, memang tampan dan digandrungi cewek-cewek, sahabatnya itu smart dan selalu juara kelas, disenangi guru, aktif, sopan, baik, de el el, nggak ada yang kurang.

“Iya, dong. Soalnya di sekolah baruku nanti aku nggak akan ketemu kamu lagi. Aku sudah bosan tahu tidak sekelas dan sebangku terus bersamamu sejak TK, kayak aku nggak punya teman lain aja selain kamu”, kata Di, melipat tangannya.

“Aku juga nggak mau satu sekolah denganmu, tahu. Itu sebabnya kita saling merahasiakan SMA yang akan kita tuju kan?” kata Yu lagi, nggak mau kalah.

Memang benar, Di dan Yu berteman sejak TK, mereka teman sejak kecil. Waktu itu, Di yang memiliki wajah yang manis nyasar tanpa sebab dan keluar sekolahan. Hal itu membuat panik satu sekolahan karena dia tiba-tiba menghilang. Tapi, Yu yang saat itu memang nakal dan sama sekali tak ingin sekolah berhasil menemukan Di yang bermain di kolong meja Kepala Sekolah. Nah, sejak hari itu mereka jadi sahabat. Alasan Yu pun pergi kesekolah adalah karena Di juga. Tapi, entah kenapa, sejak saat itu mereka selalu bersama. Satu sekolahan, satu kelas, satu jurusan, satu kelompok dan teman sebangku.

Hal itu terjadi sampai sepuluh tahun berturut-turut! Bayangin! Sepuluh tahun! Huh, teman akrab saja pasti tidak ada yang seperti mereka. Tapi, walaupun mereka berantem, mereka selalu bicara—istilahnya nggak sampai musuhan, gitu—dan karena mereka terlalu ‘dekat’ anak-anak jadi agak sedikit curiga pada hubungan mereka. Yah… kau tentu tahu sendiri hubungan apa itu. Soalnya, disaat yang satu membutuhkan yang lain, mereka selalu ada! Bayangin!

Nah, karena menurut mereka segala ‘ketidaksengajaan’ ini agak terlalu aneh, Di dan Yu memutuskan untuk sekolah ditempat yang berbeda. Syaratnya, tidak boleh memberitahukan dimana mereka akan bersekolah. Hari ini adalah hari perpisahan mereka untuk selalu bersama, dan hari ini mereka merayakannya di pantai bersama Ly.

“Kalian ini, jangan berantem terus, dong. Kita kan sedang merayakan perpisahan kita. Harusnya kalian akur sedikit, nanti kan tidak sekolah di tempat yang sama lagi”, kata Ly, dia menyodorkan sekantong plastik pada Yu.

“Apa ini?” kata Yu mengambil kantongan plastik itu.

“Ikan. Dimasak, ya?” kata Ly.

Aleya Rehuel adalah teman Yu dan Di sejak kelas tiga SD. Waktu itu, orang tua Ly dipindahtugaskan ke daerah mereka. Waktu itu Ly tak punya terman. Yu-lah orang yang pertama sekali menjadi teman Ly di kota sebesar ini, lalu Yu memperkenalkan Ly pada Di. Ly memiliki wajah manis yang polos—agak memukau, sih, sedikit.

Sejujurnya dan sesungguhnya dari hati mereka yang paling dalam, mereka sama sekali tidak mau berpisah, namun ego mereka yang kelewat tinggi membuat mereka membohongi diri mereka sendiri. Lalu, Di sebenarnya ingin sekali satu sekolah dengan Ly. Gadis itu sudah babyak berubah dari sejak dia mengenalnya dulu. Jika die berdekatan pada Ly, Di selalu saja merasa kalau jantungannya berdegup tidak karuan.

Berbeda dengan Di, Yu orang yang terlalu cuek akan apapun—dia lebih mencintai ikan daripada manusia. Dia juga tidak terlalu memikirkan ketika ada gadis yang nembak dia. Dia hanya bilang “Oke, mau ke laut nggak?”, dan saat cewek yang nembak dia pergi dengannya ke laut, dia tidak akan memedulikan cewek itu. Dia sendiri lebih sibuk dengan kail dan benang pancing. Nyebelin kan?

“Ikan panggang terbang!” teriak Yu melemparkan ikan yang dia cuci kea rah Di yang langsung menjerit panik. Yu tertawa terbahak melihat tingkah Di.

“Oi! Jorok banget, sih! Aku basah tahu!” kata Di melemparkan nenas yang tadi dia potong tepat kea rah Yu, namun sayang Yu yang sigap langsung menghindar.

“Di, lebih enak makan ikan panggang atau terbang?” kata Yu mengambil ikan yang tadi dia lempar.

“Sama saja!” gerutu Di membersihkan lender ikan yang mengenai kaos biru miliknya. “Uuugh, bau banget!”

“Nih, aku udah siapin bahannya. Masakin, dong,” kata Ly membawa bawang yang sudah dia iris. Yu segera ke arahnya dan melihat hasil pekerjaan Ly.

“Apaan, nih? Ini sih sama aja bohong,” kata Yu mengambil salah satu wortel yang masih trehubung satu sama lain. “Di, potong lagi. Ly sama sekali nggak bisa diharapin, nih. Masa potong wortel kayak per gini sih.”

Ly mencubit Yu dengan gemas.

“Ya udah, Ly hidupin api unggunnya aja, biar kita bakar,” kata Di mengambil alih tugas Ly. Dia tersenyum sejenak pada gadis itu sebelum memulai pekerjaanya kembali.

“Ikan bakar, ikan bakar, wanginya harum… campur cabai campur bawang… jangan lupa jeruk nipis,” Yu bergumam sambil mengoleskan cabai, bawang, garam dan jeruk nipis secara sekaligus ke panci milik Di. Di mengerutkan dahi saat Yu memasukkan lagi ikan-ikan ke dalam panci itu dan mengaduknya dalam satu adonan.

“Ini bukan buat kue, tahu!” Kata Di mengambil panci yang diaduk Yu. “Asal campur aja. Kau kira semen?”

“Biar rasanya rata,” kata Yu polos.

Di menempeleng kepala Yu.

“Dodol. Pake otak, dong. Nggak semua yang dicampur itu rasanya rata.” Kata Di sebal. “Bantuin Ly sana. Biar aku aja yang ngurus makanan.”

“Sip, Bos!” kata Yu menghormat padanya. Dia segera kearah Ly yang rupanya masih berkutat dengan kayu bakar. “Aku bantuin, deh, Ly. Ini kan keahlianku.”

Yu mengambil korek dari tangan Ly.

“Masangnya bukan kaya gitu. Kayu-kayunya disusun dulu. Pegang, nih,” kata Yu mengambil beberapa kayu dan menyusunnya dan memulai membuat beberapa trik.

“Tunggu kunyalain koreknya,” kata Yu menggosek korek dan apinya pun muncul. “Lepasin, Ly.”

Ly melepas pegangannya terhadap korek dan apinya pun berkobar.

“Nah, sudah,” kata Yu tampak puas dengan hasil kerjanya.

“Yu emang jago kalo udah berurusan dengan alam, ya?” kata Ly takjub.

Yu hanya cengengesan saat dipuji begitu.

“Kalo pisah dengan Yu mungkin aku bakal kesepian, ya?” kata Ly. “Habis, waktu pertama kali juga Yu duluan yang bicara denganku. Sekarang kalian bakal ke sekolah yang aku sendiri nggak tahu. Aku kan nggak terlalu pandai bergaul.”

Yu melihat ke langit. Ada pesawat terbang yang lewat.

“Gini aja, deh. Disaat kau membutuhkanku, hubungi aja aku. Anytime!” kata Yu. “Aku akan datang dimanapun kau berada. Aku janji.”

Ly tersenyum senang.

“Nih ikannya. Mau diapain, nih?” Di duduk diantara mereka dan menyodorkan panci berisi ikan pada mereka.

“Dibakar aja. Ambil kayunya, mumpung baranya udah banyak,” kata Yu lagi mengambil salah satu kayu dan menyodokannya ke mulut sang ikan.

“Aku ambil kamera, ya. Kita foto bareng.” Kata Ly bangkit berdiri. Dia merogoh tasnya yang diletakkan diatas batu besar dekat pinggiran sungai. Dia meletakkan kamera itu ke atas batu dan memasang timer-nya.

Ly berlari dan berhenti diantara Yu dan Di.

“Cheese!”

***

0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright ::-- Prince Novel --:: 2009. Powered by Blogger.Wordpress Theme by Ezwpthemes .
Converted To Blogger Template by Anshul Dudeja.