RSS
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Kamis, 28 Oktober 2010

StarBoy Eps 6

STAR BOY
by: Prince Novel
=====================================
Aku datang kembali, Saudaraku
Untuk bertanya padamu tentang masa lalu
Dan meminta penjelasan tentang masa kini
Sehingga membawaku ke masa depan

6.
Leon
Flo menguap entah untuk keberapa kalinya dalam dua jam terakhir. Dia menatap Reon. Matanya menatap papan tulis dengan cermat dan mencatat apa yang di tulis di depan sana. Flo melongok sedikit dan mengerinyitkan dahi ketika melihat tulisan rapi Reon.
“Apa sih yang dia katakan?” Flo berbisik.
“Oh, Pak Guru sedang bercerita tentang Impuls pada Fisika,” jawab Reon cepat. Dia kembali mencatat dan mengalihkan pandangannya pada Flo. “Jangan cuma melihat wajahku. Disini tak ada penjelasan panjang mengenai impuls.”
“Aku tak sangka kalau kau suka belajar. Maksudku, kau itu kan berandal,” kata Flo membuka bukunya dan merasa mual. Banyak sekali lambang yang tak dia mengerti.
“Walaupun begini. Aku ini termasuk anak cerdas waktu sekolah di Australia,” kata Reon. Dia mengalihkan pandangannya kembali ke papan tulis dan mencatat lagi.
“Lalu, kenapa kau pindah dari Australia?” Flo tampak tertarik.
“Mengikuti Rudolph,” jawab Reon acuh tak acuh.
“Rudolph itu siapamu sih? Kelihatannya dia penting banget,” kata Flo mengambil buku tulis Reon dan membolak-balik buku tulis yang dia baca.
“Dia guru violisku,” jawab Reon mengambil kembali bukunya. “Jangan menggangguku. Ada hal yang ingin aku pelajari. Kenapa kau tidak memperhatikan pelajaran saja?”
“Aku agak bosan. Aku lebih suka pelajaran olahraga daripada mendengarkan penjelasan panjang tentang impuls. Menurutku itu tak penting,” kata Flo menopang dagu. “Kenapa kau lebih suka bersama Rudolph daripada orang tuamu sendiri? Apa ada sesuatu yang terjadi?”
Reon menghela napas kesal. Dia kembali menatap Flo dengan kesal. “Jangan ikut campur urusan orang. Itu bukan urusanmu.”
“Tapi kan—”
Reon mengangkat tangannya dan sebelum dia dipersilakan, dia sudah mengatakan, “Pak, saya rasa Flo tahu jawaban soal itu. Dari tadi dia berbisik pada saya kalau dia bosan.”
Flo melotot. Apa yang barusan dikatakan anak ini?
“Benar begitu, Flo?” Pak Guru Fisika yang memiliki kumis lebat memelototinya. “Kalau begitu, kenapa kau tidak mengerjakan soal di papan tulis saja? Ayo cepat maju ke depan.”
Flo menatap Reon dengan kesal sambil menggertakan giginya. Reon menatap Flo lalu tersenyum penuh kemenangan. Dia melambai pada Flo dan berbicara tanpa suara, “Rasakan.” Ini baru namanya pembalasan,. Aku akan menikmatinya.
***
Anggota StarBoy yang lain tertawa terbahak ketika mendengar cerita Flo.
“Nggak lucu!” kata Flo dengan wajah merah padam.
“Tentu saja lucu,” kata Alex. “Baru kali ini ada orang yang bisa membuatmu merasakan malu. Kurasa itu baik untukmu, Flo.”
“Reon mana?” kata Andrean.
“Dia kabur entah kemana saat bel bordering. Kau tahu tidak Andrean, gara-gara dia aku jadi harus menghapal seluruh rumus Fisika di depan kelas. Parahnya lagi, kalau aku tak bisa melakukannya, aku disuruh nyanyi di depan kelas. Kau sendiri kan tahu kalau suaraku falls.”
Aster mau tak mau terenyum lagi. “Pantas saja rasanya tadi aku mendengar suara nyanyian kodok, ternyata suaramu, Flo.”
Wajah Flo merah padam. “Aku mau mencarinya. Aku balas dendam.”
“Reon mengusilimu karena kau tak bisa menjaga mulutmu,” timpal Esar membuka bukunya. “Aku saja kesal kalau kau bertanya terus soal hal-hal yang tak mau aku bahas.”
“Masalahnya Reon terlalu banyak main rahasia-rahasiaan. Apa salahnya sih ngasih alasan kenapa dia ke Indonesia? Aku kan bukannya mau ikut campur, aku cuma penasaran.”
“Rasa penasaranmu sering lebih besar dari timbunan lemak di otakmu, makanya otakmu sering tidak bekerja saat dibutuhkan,” balas Zacky. “Kau harusnya bisa abca kondisi, dong. Kalau dia nggak mau jawab ya biarin aja, repot amat.”
Flo menggertakan giginya. “Nggak ada artinya ngomong sama kalian. Aku mau cari Reon dulu. Mungkin dia berniat bolos di mata pelajaran berikutnya. Ini bisa jadi alat buatku untuk membalasnya. Pak Guru, Reon bolos lagi!”
“Dasar pengadu,” gumam Alex.
Flo tidak mendengarkan. Dia keluar dari Loker StarBoy. Dia memasukan tangannya ke sakju celananya sambil memperhatikan sekelilingnya. Sesekali dia bertanya pada anak-anak yang ada di dekatnya.
“Lihat Reon nggak?”
“Nggak.”
“Tadi aku lihat Reon.”
“Dimana?”
“Kantor guru.”
Flo segera melangkahkan kakinya menuju kantor guru. Dia bersiul-siul senang dan sesekali melihat kearah luar jendela. Secara sekilas dia mengerutkan dahinya karena dia baru saja menemukan sesuatu. Ada yang aneh. Dia mendekatkan wajahnya kembali ke jendela dan mendapati Reo nada di taman belakang sekolah. Kelihatan sangat waspada.
“Ngapain anak itu disitu?” Flo melompat melewati jendela dan menghampiri Reon dari belakang. “Oi!”
Reon kelihatan terkejut. Dia mengelus dadanya.
“Ngapain kau disini?” Flo melipat tangannya sambil memelototi Reon.
“Aku-ng… anu… itu,” Reon kelihatan salah tingkah.
Flo memperhatikan apa yang dilihat Reon. “Oh, kau lagi ngintip klub music ya? Nggak nyangka kau punya hobi begituan.”
“Bukan. Aku—”
“Ikut aku ke Loker, ada yang mau aku katakan,” Flo merangkul Reon dan menariknya dengan paksa tanpa mempedulikan protesan Reon. Anak-anak StarBoy mengerutkan dahinya saat Flo kembali begitu cepat.
“Nah, aku sudah mengangkapnya,” kata Flo senang sambil mendudukan Reon ke salah satu kursi.
“Mau apa kau bawa dia kemari?” Alex mengerutkan dahinya.
“Aku mau mnegerjainya. Baiklah Reon, saatnya pembalasan. Kau pikir aku akan diam saaj saat kau membuatku kena marah sama Pak Guru sialan itu. Enak saj—”
“Kau kenal Reon?” katanya.
Flo mengerutkan dahinya. Begitu juga dengan StarBoy yang lain.
“Aku mau bertemu Reon. Bisa membuatku bertemu dengannya? Ini penting. Menyangkut hidup matinya nyawa seseorang.” Katanya.
Flo menganga, lalu mengerjap-kerjap. “Reon, kalau mau bercanda jangan sekarang. Kau ini hilang ingatan atau bagaimana?”
“Aku bukan Reon, aku Leon,” katanya.
“Ha?” lagi-lagi StarBoy tak mengerti apa yang terjadi disini.
“Aku Leon, saudaranya kembarnya Reon.”
Flo berusaha mencerna kalimatnya.
“Kau Leon?” katanya. “Saudara kembarnya Reon?”
Dia mengangguk.
“Kau tidak sedang bercanda kan?” katanya lagi.
Dia menggeleng.
“Andrean, cari Reon. Bawa dia kemari. Aku tadi dengar kalau dia ada di kantor guru.” Kata Flo. Dia masih belum mengalihkan pandangannya dari Leon. “Itupun kalau kau bisa menemukan Reon.”
“Ngapain kalian mencariku? Ada apa?”
Reon muncul tanpa Andrean turun tangan. Dia menatap Andrean yang terkaget-kaget, lalu menatap arah pandangan mereka. Reon kelihatan kaget ketika melihat orang yang ada dikelilingi StarBoy.
“Leon,” gumam Reon. “Kau mau apa disini?”
“Re, untunglah aku bisa bertemu denganmu,” Leon buru-buru bangkit. “Aku sengaja datang dari Australia cuma untuk satu hal. Aku akan menyeretmu kembali pulang ke Australia.”
Rasanya seperti mendengarkan pernyataan perang. Suasana di ruangan itu tiba-tiba mendingin beberapa derajat. Reon mendecakan lidahnya.
“Aku tak mau pulang,” kata Reon. “Berapa kali aku harus bilang padamu kalau aku tak akan kembali ke rumah terkutuk itu sampai kapanpun.”
Leon menghela napas. Kelihatannya dia kesal dengan sikap keras kepala Reon. “Dengar. Kau harus pulang. Mom membutuhkanmu.”
“Dia lebih membutuhkanmu.” Reon membalas. “Kenapa kau kesini? Kenapa kau tak menjaga Mom saja sana? Jangan urusi aku. Aku bisa menjaga diriku sendiri.”
“Mom sakit, Reon! Dia minta aku supaya membawamu pulang!” kata Leon. “Setiap malam dia memanggil namamu tahu. Apa kau tak bisa mengerti?”
“Dia yang memintaku keluar!” Reon berteriak kesal. “Dia yang mengusirku! Jadi aku tak akan kembali sampai kapanpun!”
“Dad yang memintanya! Kau tahu Mom sangat menyayangimu! Apa kau tak tahu itu?” Leon balas berteriak. Dia berusaha sekuat tenaga membuat Reon mengerti.
“Aku tahu itu! Tapi dia tidak mempercayaiku!” Reon berteriak kesal. “Dia lebih percaya pada perkataan orang-orang yang mengatakan bahawa aku membunuh Shan!”
“Jika kau tak membunuh Shan, kau tinggal bilang saja!” kata Leon sebal. Dia maju ke depan dan mencengkran kerah baju Reon. “Kalau kau tak bicara dan menjelaskannya, bagaimana mungkin kami bisa tahu!”
“Ini tak segampang itu! Mana bisa aku kembali ke tempat dimana aku tak dipercayai oleh satu orangpun.”
“Aku percaya padamu!”
“Kau cuma kasihan padaku!”
Reon memelototi Leon. Leon hendak bicara, tapi Reon keburu kabur setelah membanting pintu.

4 komentar:

Anonim mengatakan...

lanjutannya, Please....

yuliani mengatakan...

hey..lanjutan nya... udah lama bgt gak dilanjutin kan? sibuk sama "amour" yach?

prince.novel mengatakan...

iya, begitu sibuk....
kalo starboy ini jalan ceritanya rumit
susah mau ditulis dari mana lebih dulu.
Kehidupan si Leon agak runyam sih

Rofu mengatakan...

Waduh...
gue ska neh cerita
tp, mana lanjutannya???????

-rofu

Posting Komentar

 
Copyright ::-- Prince Novel --:: 2009. Powered by Blogger.Wordpress Theme by Ezwpthemes .
Converted To Blogger Template by Anshul Dudeja.